Harga Telur di Mataram Mahal

0
Johan, pedagang telur di Pasar Kebon Roek menunggu pelanggan pada akhir pekan kemarin. Harga telur ayam di Mataram masih mahal. Kenaikan harga ini diduga dipicu harga pakan yang relatif  mahal. (Suara NTB/cem)

Mataram (Suara NTB) – Harga telur di Mataram masih mahal. Kenaikan harga pakan diduga jadi pemicu. Stok di peternak mencukupi. Namun pengendalian harga dengan mendatangkan telur dari Bali dan Jawa dianggap bukan solusi efektif.

Pedagang telur di Pasar Kebon Roek, Johan menuturkan, sejak dua bulan terakhir, harga telur ayam masih belum stabil. Untuk telur ukuran sedang dijual dengan harga Rp52 ribu per terai. Telur ukuran jumbo dijual Rp60 ribu per terai. Mahalnya harga telur cukup menyulitkan. Ia menyiasati dengan menjual secara ecer agar barang miliknya cepat laku. “Saya kadang jual ecer. Pembeli tidak berani beli banyak karena harganya yang mahal. Ukuran sedang saya jual Rp18.000 untuk 10 butir,” sebutnya dikonfirmasi akhir pekan kemarin.

Johan tidak memahami penyebab kenaikan harga telur tersebut. Padahal, stok telur banyak. Kadang, ia kesulitan bersaing dengan pedagang telur yang datang dari luar. “Banyak yang jualan pakai mobil. Kadang, kita yang jualan di dalam yang sulit laku,” tuturnya.

Pemerintah diminta mengintervensi kenaikan harga telur tersebut, sehingga tidak mahal seperti saat ini.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perdagangan Kota Mataram, Syamsul Irawan mengakui, harga telur ayam masih mahal. Telur ayam ukuran sedang dijual Rp50 ribu – Rp52 ribu. Sedangkan, telur ukuran jumbo dijual Rp55 ribu per terai. Mahalnya harga telur ayam disebabkan karena harga pakan yang mahal. Peternak juga tidak mau rugi, sehingga mau tidak mau harus menaikkan harga. “Informasi yang kita terima harga pakan yang mahal,” kata Syamsul.

Sebenarnya, stok telur di peternak aman. Untuk menekan harga telur ayam serba dilematis. Pemerintah bisa saja mendatangkan telur ayam dari Bali dan Jawa, tetapi dikhawatirkan akan menimbulkan gejolak atau protes dari peternak. “Pernah didatangkan telur dari luar, tetapi peternak lokal kita protes,” ujarnya.

Wakil Walikota Mataram TGH. Mujiburrahman juga mengakui, beberapa komoditas mulai mengalami penurunan seperti cabai, bawang,dan tomat. Khusus,telur masih mahal karena disebabkan harga pakan yang mahal. Peternak harus menaikan harga telur untuk menutupi biaya operasional. “Kalau komoditi yang lain semuanya sudah turun, kecuali telur ayam,” sebutnya.

Pihaknya tetap berupaya menekan lonjakan harga tersebut. Intervensi jangka pendek,jangka menengah,dan jangka panjang sudah disiapkan. Salah satunya, mendatangkan komoditi yang menjadi penyumbang inflasi. (cem)