Abrasi di Destinasi Tiga Gili Mengkhawatirkan

0

Mataram (Suara NTB) – Abrasi pantai di kawasan Tiga Gili ( Trawangan, Meno dan Air) Kabupaten Lombok Utara (KLU) harus menjadi atensi pemerintah, karena kondisinya cukup mengkhawatirkan. Dampak abrasi telah merusak fasilitas trotoar dan fasilitas penunjang pariwisata lainnya di sejumlah titik.

Terkait dengan hal tersebut, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB Muslim M.Si mengatakan, saat Gubernur NTB berkunjung ke Gili Trawangan awal 2022 lalu, masyarakat sudah banyak yang mengeluhkan terkait dengan abrasi tersebut. Sehingga BPBD bersama pemda KLU sudah melakukan pengukuran spot-spot yang terdampak abrasi.

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) juga sudah melakukan survei terkait dengan abrasi di wilayah Tiga Gili. Sehingga Pemprov NTB sedang menunggu kebijakan dari Kemenko Marves untuk mengatasi persoalan abrasi di pulau wisata tersebut.

 “Dan itu sudah kami fasilitasi dengan adanya kegiatan survei dari Asisten Deputi Perencanaan Ruang Laut Kemenko Marves dua bulan lalu itu. Sudah ada penanganan, tinggal kita tunggu progress, karena situasi fiskal negara juga yang terbatas ini,” ujar Muslim kepada wartawan, Jumat, 5 Agustus 2022.

Muslim melihat fenomena abrasi di Tiga Gili utamanya karena kondisi perairan di sana yang memiliki karakteristik gelombang dan arus yang cukup besar. Ditambah lagi dengan ekosistem perairan bawah laut yang mulai tergerus, sehingga kecepatan arus yang menghantam pulau itu tidak lagi mampu difilter oleh ekosistem yang ada.

“Konstruksi habitat ekosistem yang sudah tidak siginifikan perannya. Bisa terumbu karang, lamun, atau batuan di bawah laut, yang selama ini bisa meredam kecepatan gelombang dan arus, namun selama ini tidak efektif lagi. Sehingga gelombang dan arusnya sampai daratan pantai dan membuat abrasi,” jelas Muslim.

Adapun opsi berupa penanaman mangrove di Tiga Gili untuk menahan laju abrasi bisa saja dilakukan, namun hal itu tergantung dari area topografi. Di sana memang terlihat beberapa titik yang tidak bisa ditanami mangrove karena menjadi snorkling atau pemandian.

“Di beberapa titik tentu ada yang cocok untuk penanaman mangrove. Ada yang cocok untuk konstruksi pemecah gelombang,. Semua rekayasa teknik terkait mitigasi penanganan abrasi pantai, semua bisa dilakukan tergantung dari studi,” tambahnya.

Sebelumnya, Kepala Desa Gili Indah Wardana mengatakan, kondisi pantai yang terancam abrasi di sejumlah titik perlu anggaran perbaikan dari pemerintah. Sebab setiap tahunnya terjadi pengikisan bibir pantai akibat gelombang pasang di ketiga pulau. Abrasi cukup ekstrem terjadi di bagian Timur Gili Air, kemudian bagian Utara Gili Trawangan, serta di bagian selatan atau depan Pelabuhan Gili Meno.(ris)