Langkah Berat Kota Mataram Turunkan Angka Kemiskinan

0

Mataram (Suara NTB) – Pemprov NTB menargetkan masing-masing kabupaten/kota menurunkan angka kemiskinan satu digit. Hal ini menjadi langkah berat Kota Mataram. Pasalnya, angka kemiskinan dapat turun di bawah satu persen dalam beberapa tahun terakhir.

Pada delapan tahun terakhir, progres penduduk miskin Kota Mataram menurun. Di tahun 2011 jumlah penduduk miskin 53.736 jiwa atau 13,81 persen. Mengalami penurunan di 2012 menjadi 11,87 persen atau 49.633 jiwa.

TGH. Mujiburrahman

Selanjutnya, di 2013 berkurang jadi 46.674 jiwa atau 10,75 persen. Tahun 2014 sebanyak 46.673 jiwa atau 10,53 persen. Pada posisi 2015, penduduk miskin di Mataram 46.670 jiwa atau 10,45 persen. Tahun 2016, penduduk miskin 9,80 persen atau 44.810 jiwa. Sementara tahun 2017, penduduk miskin Kota Mataram 9,55 persen.

Meskipun pandemi Covid-19 terjadi tren positif dalam penurunan angka kemiskinan  di ibukota Provinsi NTB itu, penurunan dari 8,92 persen di tahun 2019 menjadi 8,47 persen pada tahun 2020.

Kendati demikian, kemiskinan di Kota Mataram tidak pernah mengalami penurunan kemiskinan satu digit. Bahkan, Wakil Walikota Mataram, TGH. Mujiburrahman hanya menargetkan laju penurunan kemiskinan di tahun 2022 sekitar 0,36 persen. “Iya, kita target sekitar 0,36 persen tahun ini,” kata Mujib dikonfirmasi akhir pekan kemarin.

Meskipun di bawah satu digit, pihaknya berkomitmen untuk terus menurunkan angka kemiskinan setiap tahunnya. Langkah implementatif akan ditempuh. Di antaranya, dengan menjadikan data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) menjadi acuan, agar bantuan disalurkan tepat sasaran untuk memperkuat ketahanan ekonomi keluarga.

Mujib mengakui, selama ini kesalahan data menyebabkan bantuan tidak tepat sasaran. Karena itu, data kemiskinan dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan data Dinas Sosial Kota Mataram akan dikombinasikan dengan pengecekan di lapangan. “Data ini akan terus kita perbaiki. Jangan sampai orang yang sudah meninggal dunia masuk dalam catatan penerima bantuan sosial,” ujarnya.

Strategi penurunan angka kemiskinan dengan memperkuat pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah melalui bantuan permodalan.

Selama ini menjadi kendala adalah, bantuan permodalan yang diberikan pemerintah tidak secara berkelanjutan. Artinya, penerima manfaat hanya menganggap sebagai bantuan semata tanpa memikirkan untuk mengembangkan usahanya.

Kecenderungan lain yang muncul adalah, masyarakat yang telah keluar dari kategori miskin enggan dikeluarkan dari data penerima bantuan. Perilaku seperti ini tegas Wawali, akan dilakukan pendekatan secara khusus. “Iya, ini memang harus ada pendekatan dari pemerintah,” ujarnya.

Ia menyebutkan, angka Kota Mataram 8,46 persen. Berbagai intervensi program oleh pemerintah diharapkan angka kemiskinan bisa turun secara progresif.

Sementara itu, data BPS Kota Mataram menyebutkan jumlah penduduk miskin di Kota Mataram pada Maret 2021 tercatat sekitar 44,45 ribu orang atau 8,65 persen. Pada Maret 2020, jumlah penduduk miskin di Kota Mataram sekitar 41,8 ribu orang atau 8,47 persen. Terlihat adanya kenaikan persentase penduduk miskin (P0) selama periode Maret 2020 – Maret 2021, yaitu sebesar 0,18 persen poin. Selama Maret 2020 dan Maret  2021, garis kemiskinan mengalami kenaikan, yaitu dari Rp499.959 per kapita per bulan pada Maret 2020 menjadi Rp524.762 per kapita per bulan pada Maret  2021.  Sementara, periode Maret 2020 – Maret 2021, Indeks Kedalaman Kemiskinan di Kota Mataram mengalami penurunan dari 1,86 pada Maret 2020 menjadi 0,93 pada Maret 2021. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin di Kota Mataram semakin mendekati garis kemiskinan. Kemudian, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) juga mengalami penurunan dari 0,56 pada Maret 2020 menjadi 0,19 pada Maret 2021. Ini berarti kesenjangan di antara penduduk miskin semakin menurun. (cem)