Astindo NTB Berharap Harga Tiket Pesawat Sewajarnya

0
Penumpang antre saat hendak turun dari pesawat.(Suara NTB/bul)

Mataram (Suara NTB) – Dalam satu bulan terakhir terjadi kenaikan harga tiket pesawat, bahkan disebut kenaikan harganya “gila-gilaan”. Lebih dari seratus persen. Meroketanya harga tiket pesawat ini menjadi keluhan hampir seluruh kalangan. Tanpa terkecuali, Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Provinsi NTB.

Kenaikan harga tiket pesawat yang mencapai 200 persen dikhawatirkan akan memukul kembali kegiatan perekonomian dan pariwisata. Ditengah perjuangan untuk bangkit karena Pandemi covid-19. Ketua Astindo Provinsi NTB, Sahlan dan beberapa pengurus Astindo NTB lainnya di Kantor Astindo di Jalan Langko Mataram, Kamis, 14 Juli 2022 menyebut, harga paket wisata mau tak mau ikut dinaikan.

“Kenaikan harga paket wisata sampai 20 persen tidak bisa kita hindari,” katanya. Sahlan menambahkan, dimaklumi, bahwa tingginya beban operasional maskapai salah satunya karena kenaikan harga minyak dunia. Yang berimbas pada kenaikan harga bahan bakar pesawat (avtur). Dikutip dari laman resmi Pertamina, harga avtur untuk 1-14 Juni 2022 di Bandara Soekarno-Hatta sebesar Rp 15.748 per liter.

Angka ini mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya, 1-14 Mei 2022 yang sebesar Rp14.969 per liter. Harga avtur saat ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan harga avtur pada 1-14 Juni 2021 yang hanya Rp9.518 per liternya. “Kita maklumi beban operasionalnya maskapai naik karena kenaikan harga avtur, kenaikan harga komponen, dan biaya-biaya operasional lainnya. Tapi jangan sampai berlebihan kenaikan harga tiket pesawat, sampai 200 persen. Sewajarnya sajalah,” katanya.

Sebagai daerah pariwisata, tentu kenaikan harga tiket pesawat ini akan memberatkan gerak dunia pariwisata. Ia mencontohkan, misalnya menjual harga paket wisata pada kisaran Rp5 juta untuk 3 malam. Jika harga tiket pesawat kisaran Rp3 sampai Rp4 juta pulang pergi, tersisa Rp1 juta. “Apa iya, ada biaya menginap di hotel dua malam 1 juta. Belum lagi biaya-biaya lainnya. Orang bakal mikir-mikir berwisata. Kalau beratnya hanya di ongkos pesawat,” katanya.

Oleh karenanya, Sahlan mewakili Astindo NTB menyampaikan harapan, kepada pemerintah, kepada regulator, untuk mengatur harga tiket pesawat dinaikkan sewajarnya. Jangan sampai ekonomi dan pariwisata terpuruk kembali. Ia juga menambahkan, data ini dibutuhkan kreativitas tinggi untuk menghadirkan wisatawan domestik, apalagi mancanegara. Ditengah terjadinya kenaikan harga-harga.

“Karena disatu sisi, daya beli masyarakat melemah. Disisi lain terjadi kenaikan harga-harga yang membentuk kenaikan inflasi,” demikian Sahlan. (bul)