Malang (suarantb.com)-Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam Malang (Unisma Malang) kembali mencatat prestasi membanggakan. Untuk delapan kalinya, salah satu fakultas favorit ini berhasil meluluskan 100 persen mahasiswanya dalam Uji Kompetensi Mahasiswa Program Studi Profesi Dokter (UKMPPD) dengan first taker.
Dekan FK Unisma, dr. Rahma Triliana MKes PhD menyampaikan, sebanyak 33 mahasiswa FK Unisma dinyatakan lulus 100 persen dalam UKMPPD periode Mei 2022. Dalam setahun, UKMPPD diadakan empat kali, pada bulan Februari, Mei, Agustus dan November.
Terdapat dua komponen yang diujikan yakni Computer Based Test (CBT) dan tes keterampilan yang kembali diujikan setelah dua tahun pandemi. Tes keterampilan ini bisa disebut dengan Objective Structured Clinical Examination (OSCE).
“Ini ujian UKMPPD ke 8 mulai dari bulan Februari 2020. Hasil evaluasi 2021, ujian berturut-turut FK Unisma mendapatkan peringkat pertama. Nanti, jika sampai 10 kali berturut-turut, artinya kita akan menjadi peringkat pertama lagi di tahun 2022,” ujarnya.
Menurut perempuan berkacamata ini, FK Unisma satu-satunya FK PTS yang tidak memiliki rekater atau remidi. Sebab, semua lulusannya first taker dimana sekali uji mahasiswanya langsung lulus. Sedangkan retaker, kata Rahma, mahasiswa yang mengambil ujian lagi karena tak lulus saat ujian pertama.
Capaian ini, masih kata dia, tak lepas dari kerja sama seluruh pihak, baik universitas, alumni hingga rumah sakit pendidikan FK Unisma. Di antaranya RS Syarifah Ambami Rato Ebu di Kabupaten Bangkalan.
Kemudian, RSUD Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, RS Mardi Waluyo Blitar, RSUD Blambangan, RSI Unisma. Serta RS afiliasi yaitu RSJ di Lawang, RS Bhayangkara Porong Sidoarjo, klinik, rumah sakit lainnya dan puskesmas di Kabupaten Malang.
Menanggapi hal itu, Rektor Unisma Prof Dr H Maskuri Msi memberikan apresiasi tinggi akan pencapaian tersebut. Salah satu apresiasi itu, diwujudkan melalui sistem penerimaan mahasiswa baru (PMB) di FK yang sangat ketat dan terus mengedepankan kualitas calon mahasiswa baru (camaba).
Ia bahkan memastikan tidak ada nepotisme dalam proses PMB. Setiap kali akan ada pengumuman maba, pihaknya akan mengadakan rapat lantas kembali menyeleksi satu persatu Camaba dan memastikan tidak ada ‘titipan’.
Terlebih, dalam PMB, tak dipungkiri Maskuri ada saja oknum yang mencoba melakukan intervensi dengan menitipkan anak atau saudaranya. Akan tetapi, kembali ditegaskannya jika mahasiswa yang masuk FK Unisma adalah mahasiswa yang memang memiliki kemampuan.
“Support kami adalah dalam sistem PMB FK itu tidak ada nepotisme. Kami berorientasi mutu, bukan materi. Kami khawatir jika ada intervensi. Mahasiswa bisa masuk tapi keluarnya sulit. Akibatnya biaya kuliahnya jadi lebih mahal. Kami juga tidak ingin ada hal itu yang membuat sakit hati,” tukasnya.
Selain dengan sistem penerimaan yang bersih, tentunya sarana dan prasarana penunjang terus diupayakan untuk ditingkatkan. Termasuk jejaring kerja baik dalam maupun luar negeri terus digalakkan.
“Suksesnya FK Unisma dalam UKM PPD delapan kali berturut-turut, tentunya juga tak lepas dari terciptanya atmosfer kolaboratif dan kompetitif,” imbuh Maskuri.
Tambah dia, guna mencegah orangtua menjadi korban dari para oknum, Unisma menggabungkan segala macam pengumuman terkait PMB FK hanya satu pintu yakni melalui website resmi Unisma.
Bahkan ketika akan melakukan seleksi, para orangtua diundang untuk diberikan informasi terkait hal tersebut.
“Kalau ada informasi melalui WA, itu adalah abal-abal. Semua terkait penerimaan melalui web dan surat formal. Kalau ada WA nyasar ke orangtua, maka clear-kan ke fakultas, atau jangan digubris,” pungkasnya. (r/*)