Bulog : Harga Gabah Ibarat Buah ”Simalakama”

0
Abdul Muis. (Suara NTB/bul)

Mataram (Suara NTB) – Perum Bulog menghadapi situasi yang sulit. Ibarat buah simakalama jika berbicara soal harga gabah saat ini. Pimpinan Wilayah Perum Bulog NTB, Abdul Muis memberikan pemahaman, soal Bulog dianggap sebagai penyebab rendahnya harga gabah, karena minimnya serapan. “Fitnah, akibat tidak mengerti mekanisme dan SOP Bulog,” tegas Muis.

Ia menjelaskan, mitra Bulog khusus di NTB tersebar 43 penggilingan terdaftar memasok, ada besar dan ada kecil. Tergantung kapasitas penggilingan dan space gudang yeng mereka pasok. Kepala gudang Bulog memiliki mitra pengadaan. Tentunya masing masing mitra memasok gabah/beras ke gudang yang telah mereka ajukan

Muis juga menjelaskan mekanisme pengadaan gabah/beras di Bulog. Bahwa, Bulog hanya membeli 5% dari produksi Propinsi NTB, sesuai kapasitas gudang Bulog. Sisanya 95 % masuk mekanisme pasar. Saat ini stok Bulog yang dikuasai tahun 2021 masih tersimpan 60.000 ton. Belum lagi stok pengadaan tahun 2022 yang diserap setara beras sebanyak 42.000 ton.

“Sementara kapasitas gudang bulog hanya 75.000 ton. Kalau gudangnya penuh karena ada stok 2021, berarti kecil penerimaannya. Sementara pemerintah tidak memberikan saluran beras dan gabah yag sudah diserap Bulog. Raskin tidak ada lagi, bansos beras juga berkurang. Berarti berasnya harus dujual dulu kalau mau melonggarkan gudang,” katanya.

Untuk  memperluas kapasitas gudang, lanjut Muis, Bulog harus menggunakan gudang filial milik mitra yang memiliki standar dan ketentuan Bulog. Tidak asal gudang harus dipakai. Tetapi harus memperhatikan sanitasi gudang, sarana flonder, lantai beton dan mudah diakses, serta kunci gudang harus dipegang Bulog.

Bulog juga memiliki klasifikasi mitra, mitra A yang kapasitasnya besar, memiliki sarana lantai jemur 100 ton, dryer 50 ton. Sementara keadaannya, kebanyakan mitra kecil yang memiliki lantai jemur tapi tidak memiliki dreyer. “Bulog hanya memberi kontrak mitra berdasarkan kapasitas gudang,” jelasnya.

Penggunaan gudang filial juga harus mendapat izin dari Direksi bulog, dilengkapi persyaratan dan hasil survei. Bulog di daerah hanya mengusulkan, eksekusinya tergantung perintah pusat. Demikian juga dengan mekanisme pembayaran Bulog kepada mitra, tidak tunai, tetapi melalui transfer dari bank ke rekening mitra. Sistem IT bulog dan bank sama, tidak terproses bila angka harga tidak sesuai harga pembelian Bulog.

Dalam hal ini yang ditentukan pemerintah, yaitu beras Rp8.300/Kg dan GKG Rp5.300/Kg. Sesuai standar SOP Bulog dan Pemerintah. Sitem ini terkoneksi dengan ERP bulog dan dimonitor  pusat. Muis menambahkan, dalam bekerja Bulog juga diawasi dan diaudit oleh Satuan Pengawasan Internal (SPI) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),  dalam mekanisme pengadaan  di gudang juga demikian, diatur SOP.

Sebelum beras/gabah diterima terlebih dahulu disurvei oleh petugas survei Ujastasma. Hasil analisa ujastasma ini yang menjadi pegangan kepala gudang untuk menerima barang. Kalau analisanya tidak sesuai standar, berarti sama artinya tak menerapkan SOP. Berdsarkan evaluasi tahun lalu dan temuan pemeriksa, ada gudang filial yang tidak memenuhi syarat, seperti tidak menggunakan flonder tetapi menggunakan lapisan sekam atau bambu, ada gudang lantainya tidak dibeton dan ada gudang pintunya masih terakses dengan pintu penggilingan yang tidak tertutup. “Kemarin panen Bulog juga dituding harga jatuh karena Bulog tidak membeli, setelah Bulog membeli dituding lagi, mitra bulog penyebab harga jatuh.  Jadi buah simalakama,” demikian Muis. (bul)