Sapi yang Positif PMK Harus Diisolasi

0
Adji S. Dradjat (Suara NTB/ris)

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada ternak sapi di beberapa daerah di Lombok membuat Pemda dan peternak khawatir. Terlebih semakin banyak ditemukan kasus PMK ini pada ternak yang ada di kandang-kandang kolektif.

Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Mataram (Unram) Prof. drh Adji S Dradjat M.Phil, Ph.D mengatakan kebijakan pemerintah untuk mengisolasi hewan yang terjangkit PMK sudah tepat. Sebab menurutnya, hewan yang positif PMK harus diisolasi agar tak menular ke hewan yang lain.

“Kalau sudah ditemukan kasus positif di sana ya harus diisolasi agar tak menular ke tempat lain. PMK ini diawali dengan suhu badan tinggi pada hewan terus di mulut dan kuku melepuh. Ada sebagian hewan yang sembuh, tergantung kekebalan dari sapi tersebut. Biasanya akan dikasi vitamin dan antibiotik,” kata Prof. Adji S Dradjat kepada Suara NTB, Selasa, 17 Mei 2022.

Ia mengatakan, virus PMK tergolong sangat cepat menular dari satu sapi ke sapi yang lain melalui sejumlah media atau objek. Bisa juga melaui perantara angin jika ternak bersin. Sehingga penanganan ternak yang terkena PMK ini harus dilakukan dengan teliti. Begitu juga pencegahannya harus dilakukan dengan baik agar tak menuar.

“Penularannya bisa kontak dekat atau bisa long distance misalnya lewat angin. Bisa lewat objek seperti pakan, tempat pakan, lewat sepeda motor, lewat pakaian peternak, lewat makanan minuman, atau melalui pelaksanana IB itu kalau inseminator tak bersih. lewatnya banyak karena virus,” terangnya.

Adji mengatakan, pencegahan penularan virus PMK seperti halnya Covid-19 yaitu dilarang kumpul-kumpul. Sehingga penutupan sementara pasar hewan menjadi salah satu cara untuk mencegah kumpulnya hewan ternak dalam satu lokasi. Sebab penularan virus ini tergolong cepat dari satu sapi ke sapi lainnya.

“Seperti manusia itu, dilarang bergerombol atau berkumpul untuk cegah Covid. Ini kan gampang sekali menular dari jarak dekat. Virus PMK ini juga mutasinya cepat, jadinya virusnya bisa belasan jenis karena bermutasi. Seperti Covid itu,” katanya.

Seperti diketahui, PMK muncul di dua daerah di Pulau Lombok, yakni Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) dan Lombok Timur (Lotim). Imbas dari virus ini Pemprov NTB bahkan menghentikan sementara lalu lintas perdagangan sapi, baik yang masuk atau keluar.

Sekdis Peternakan dan Kesehatan (Disnakeswan) NTB, Rahmadin mengatakan, dari data yang diterima Disnakeswan NTB hingga Sabtu, 14 Mei 2022, jumlah ternak sapi yang terkena PMK sebanyak 300 lebih kasus dari dua daerah di NTB, yakni Kabupaten Loteng dan Lotim. Dari temuan ini, sapi yang ditemukan terkena PMK, mulutnya berlender dan kukunya melepuh. Untuk itu, terhadap temuan ini, bersama pemerintah kabupaten langsung menutup kandang dan sapi diisolasi. Selain itu, pasar hewan juga ditutup agar penyebaran PMK pada ternak tidak semakin seluas.

Disinggung terkait asal virus ini, Rahmadin mengaku hingga saat ini pihaknya belum dapat menyimpulkan asal mula penularan PMK masuk ke NTB dan masih dalam proses penelitian. Ia juga mengingatkan pada masyarakat, PMK pada sapi dan ternak gampang disembuhkan dan tidak berbahaya bagi manusia. Namun demikian, penyebarannya cepat jika tidak segera ditangani dengan baik.(ris)