Pengusaha Travel Agent Sudah Beralih Profesi

0
Salah satu view The GATE Bawak Nao Agrolodge di Sembalun, Lombok Timur milik Ketua Astindo NTB, Awan Aswinabawa. (Ekbis NTB/ist)

PARA pengusaha travel agent (biro perjalanan wisata) yang selama ini mendatangkan tamu bagi hotel dan wsatawan ke satu daerah, menyerah. Mereka tidak bisa lagi mempertahankan jasa yang selama ini dijual. Karena pandemi Covid-19, pilihannya adalah beralih profesi.

Ketua Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Provinsi NTB, Awan Aswinabawa mengatakan, nyaris seratus persen pengusaha travel agent beralih profesi.

“Kalaupun ada, cuma satu dua yang masih bertahan. Boleh dibilang seratus persenlah sudah beralih profesi,” kata Awan kepada media ini.

Ia sendiri misalnya, sejak Corona sudah mulai membuka bisnis baru yang masih ada kaitannya dengan sektor pariwisata. Bisnis penyediaan jasa tempat penginapan dan camping ground di Sembalun. Namanya The GATE Bawak Nao Agrolodge.

Travel yang sudah lama dirintisnya, ditutup. Entah sementara, atau permanen. Sembari menunggu kejutan apa lagi yang terjadi karena pandemi Covid-19. Awan mengatakan, situasi ekonomi saat ini sangat berat. Memaksa terhentinya operasional rutin perusahaan-perusahaan penyedia jasa travel agent.

PHK karyawan, atau yang merumahkan karyawan juga sudah lama dilakukan. kondisi memaksa perusahaan mengambil kebijakan tersebut. Perekonomian makin berat lagi. Dengan adanya pemberlakukan PPKM darurat, yang dilanjutkan dengan PPKM level III dan IV. “Tidak ada paket-paket perjalanan, PPKM masih jalan. Sakit semua,” kata Awan.

Penawaran paket-paket wisata sudah tidak lagi dapat diharapkan. Wisatawan domestik, apalagi wisatawan mancanegara masih tidak memungkinkan. Penjualan tiket, juga sudah diambil alih oleh perusahaan-perusahaan penyedia yang berbasis online. Misalnya Traveloka dan sejeninya. Masyarakat sudah banyak yang memilih memesan sendiri tiket perjalanannya.

Untuk sewa kendaraan kepada wisatawan, juga tidak bisa diharapkan. Masyarakat lokal sendiri bahkan sudah sangat mandiri. Punya kendaraan sendiri. Pangsa pasarnya berat. “Kalau ada paket-paket wisata, misalnya 1 paket dalam satu atau tiga bulan, itu saja sudah syukur sekali. Ya lebih baik pada cari rizki di tempat lainlah,” imbuhnya.

Melihat fakta saat ini, Astindo, kata Awan, sudah tidak bisa lagi berharap. Pun kepada pemerintah. sudah terlalu sering berharap katanya. Lebih baik, merintis usaha apapun lainnya yang bisa menyelamatkan ekonomi di tengah situasi ini.(bul)