Petani di Bima Enggan Tanam Kedelai

0
Chairul Munir. (Suara NTB/Uki)

Bima (Suara NTB) – Para petani di wilayah Kabupaten Bima enggan menanam kedelai. Padahal saat ini harganya tinggi dan sangat dibutuhkan pasar nasional. Sebagian besar mereka justru memilih menanam tanaman jagung.

Hal itu disampaikan Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Perkebunan (Disperbun) Kabupaten Bima, Chairul Munir S.P. Kata dia, dalam beberapa tahun terakhir, kedelai hampir tidak ditanam lagi oleh petani di daerah setempat.

“Sudah sekitar empat tahun terakhir, petani kita tak lagi menanam kedelai,” katanya kepada Suara NTB, Jumat, 30 Juli 2021.

Berdasarkan hasil pemetaan pihaknya, masih ada sejumlah wilayah di Kabupaten Bima yang bertahan menanam kedelai, seperti di Kecamatan Lambu, Tambora, Bolo dan Madapangga. Hanya saja, tidak merata karena sebagian besar wilayah beralih tanam jagung dan bawang merah.

“Bahkan di Kecamatan Soromandi yang selama ini sentral kedelai di Kabupaten Bima sudah tidak terlihat lagi ada petani yang menanam kedelai dalam empat tahun terakhir,” ujarnya.

Lebih lanjut Chairul mengatakan akibat jarang ditanam, terjadi kelangkaan. Bahkan harga kedelai di pasaran cukup mahal yakni dengan kisaran Rp15.000 perkilo. Selain itu, permintaan atau kebutuhan kedelai di pasar lokal hingga nasional saat ini juga sangat tinggi.

“Bukan saja secara nasional kedelai ini dibutuhkan. Permintaan di pasar lokal juga sangat tinggi, untuk bahan baku pembuatan tempe dan tahu,” katanya.

Ia menjelaskan penyebab petani di Kabupaten Bima enggan menanam kedelai salahsatunya karena memilih tanam jagung dan bawang merah, karena dua tanaman tersebut dianggap cukup menjanjikan hasilnya.

“Petani kita menilai menanam jagung dan bawang merah lebih menjanjikan tingkat kesejahteraan ketimbang kedelai,” ujarnya.

Meski begitu, Chairul mengaku pihaknya akan terus menghimbau dan meminta para petani agar mau menanam kedelai disamping jagung. Pasalnya dua tanaman itu bisa ditanam bersamaan dengan pola tumpang sari.

“Kita ingin petani juga bisa menanam kedelai dan jagung bersamaan pada saat musimnya nanti, ditanam sistem tumpang sari,” katanya.

Disamping itu, Ia juga ingin memaksimalkan bantuan yang akan dikucurkan oleh Pemerintah Pusat melalui Kementrian Pertanian (Kementan) karena lebih banyak atau sebagian besar dialokasikan untuk pengembangan tanaman kedelai.

“Alokasi anggaran di Kementan banyak untuk pengembangan kedelai, karena Pemerintah menyadari kebutuhan kedelai saat ini berkurang,” pungkasnya. (uki)