Mataram (Suara NTB) – Industrialisasi dalam program unggulan zero waste terus bermunculan di NTB. Kali ini, perusahaan asal Australia, Geo Trash Management, mengoperasikan mesin pengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM) jenis solar.
Mesin pengolah sampah plastik tersebut berada di Science Technology and Industrial Park (STIP) NTB, Banyumulek Lombok Barat. Mesin pengolah sampah plastik dengan teknik pirolisis tersebut berkapasitas satu ton per hari dan menghasilkan solar sebanyak 400 liter.
“Teknis pirolisis ini mengubah plastik menjadi bahan bakar. Sebenarnya bisa menjadi diesel (solar), bensin dan sebagainya. Tapi di sini difokuskan dulu diesel (solar) dengan kualitas yang baik,” kata Wakil Gubernur NTB, Dr. Ir. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, M.Pd., dikonfirmasi usai meninjau mesin pengolah sampah plastik menjadi solar di STIP NTB, Sabtu, 29 Mei 2021.
Wagub mengatakan kehadiran mesin ini menjadi solusi atas persoalan sampah plastik di NTB. Pasalnya, dalam daur ulang sampah plastik, hanya sampah plastik jenis tertentu saja yang bisa diterima. Seperti sampah plastik jenis botol minuman.
Tetapi banyak sampah plastik lainnya yang tidak bisa didaur ulang, salah satunya, sampah plastik tas kresek, sachet shampo dan sabun. Wagub menjelaskan semua sampah plastik kecuali PVC atau pipa paralon bisa diolah menjadi BBM oleh mesin tersebut.
“Ini solusi terbaik untuk sampah plastik. Geo Trash Management sudah memulainya. Nanti kalau ini berjalan bagus, dengan kapasitas 1 ton. Nanti akan ditambah menjadi 10 – 20 ton per hari,” ungkap Wagub.
Jika ini berjalan, lanjut Wagub yang biasa disapa Umi Rohmi ini, kabupaten/kota juga akan memahami. Dan bisa jadi, mesin pengolah sampah plastik menjadi solar ini akan dibangun juga di kabupaten/kota di NTB.
“Sehingga di NTB ini, orang melihat sampah plastik itu duit. Karena ini mereka (Geo Trash Management) akan beli sampah plastik. Mereka akan beli, sama dengan botol plastik yang didaur ulang selama ini. Ini adalah hilirisasinya,” tandasnya.
General Manager Geo Trash Management (GTM), Andrew Sinclair mengatakan bahwa mesin produksi bahan bakar tersebut ramah lingkungan yang bisa mengubah sampah plastik menjadi energi diesel.
“Sehingga ke depan bersama-sama kita mewujudkan Lombok sebagai permata Indonesia,” katanya.
Mesin tersebut dapat mengolah sampah plastik sebanyak satu ton dalam sehari. Dalam satu ton sampah plastik yang diolah akan menghasilkan solar sebanyak 400 liter.
Nantinya, GTM juga akan menggandeng investor untuk membangun mesin pengolah sampah plastik dengan kapasitas 20 ton sehari di TPA Regional Kebon Kongok. Solar yang dihasilkan setara dengan dexlite. (nas)