Mataram (Suara NTB) – Promosi wilayah Teluk Saleh, Pulau Moyo, dan Tambora (Samota) di Pulau Sumbawa terus dilakukan oleh Pemprov NTB. Salah satunya dengan menyusun materi promosi berupa film semi-dokumenter karya sineas NTB, Adi Pranajaya.
Diterangkan Adi, pembuatan film yang merangkum potensi Kawasan Samota tersebut pertama kali diprakarsai oleh Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) NTB, Ir. H. Muhammad Rum, MT pada Juli 2020 lalu.
“Ini salah satu film yang cukup sulit (pembuatannya). Karena dalam film ini kita harus menghadirkan hamparan potensi Kawasan Samota dalam waktu yang sangat singkat. Kita ada dua film dan masing-masing panjangnya hanya 10 menit,” ujarnya, Minggu (6/12), selepas pemutaran perdana film Samota di Mataram.
Dalam kedua film tersebut ditampilkan potensi ekonomi Kawasan Samota, mulai dari potensi pariwisata, kelautan, perikanan, peternakan, perkebunan, dan lain-lain. Kedua film yang dibuat akan ditampilkan secara eksklusif pada 17 Desember mendatang sebagai rangkaian perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) NTB ke-62.
“Pada 19 Januari juga kita akan tampilkan film yang sama di Jakarta, di anjungan NTB di Taman Mini Indonesia Indah,” ujar Adi.
Kendati belum dapat merangkum seluruh potensi Kawasan Samota secara lebih dalam, kedua film tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran awal terkait kekayaan alam di kawasan tersebut. Baik untuk mendukung peningkatan ekonomi melalui kegiatan kepariwisataan maupun industri lainnya.
“Kalau kita bicara satu aspek saja tentang Samota, misalkan Pulau Moyo, tidak akan cukup walaupun dengan film durasi satu jam. Karena itu, terbatasnya waktu untuk film ini menjadi tantangan sendiri, bagaimana kita mengemasnya supaya menarik,” jelasnya.
Menurutnya, sampai saat ini Kawasan Samota memang telah dikenal cukup luas. Namun belum banyak orang yang benar-benar mengetahui gambaran pasti terkait kondisi alam, sosial, dan budaya masyarakat yang berkembang di kawasan tersebut.
“Karena itu, dalam dua film ini kita hadirkan informasi itu,” ujar Adi.
Dalam film yang digarap tersebut juga disajikan informasi bilingual menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Informasi yang diberikan antara lain menjabarkan luas wilayah, iklim dan cuaca, akses masuk, serta potensi alam dari pulau-pulau kecil yang ada di Kawasan Samota. (bay)