Penuhi Kebutuhan Industri, Santri Ponpes Nahdlatus Saufiah Tanam Pohon Kelor

0

Selong (Suara NTB) – Kebutuhan bahan baku tanaman kelor di NTB cukup tinggi. Tanaman kelor diolah menjadi berbagai barang berharga dan mempunyai nilai ekonomis tinggi. Hal demikian membuat Pondok Pesantren (Ponpes) Nahdlatus Saufiah Wanasaba Lombok Timur, mulai melirik tanaman satu ini.

Pengasuh Ponpes Nahdlatus Saufiah Wanasaba Lotim, Ustadz Muhammad Khaeri, berkomitmen mendukung segala upaya untuk memajukan daerah. Termasuk turut ambil bagian dalam upaya memenuhi kebutuhan industri produk daun kelor yang diolah salah satu putra terbaik NTB.

Memiliki lahan cukup luas, Muhammad Khaeri ingin agar ponpes mendapatkan imbas dari industri daun kelor. Di samping itu, manfaat daun kelor bagi kesehatan tidak perlu diragukan lagi. Tanaman ini memang sudah lama dikenal sebagai tanaman herbal yang baik untuk menjaga tekanan darah hingga mencegah kanker.

Menurut alumni IAIN Mataram ini menyebut, daun kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman tropis yang sejak lama telah dimanfaatkan sebagai pengobatan tradisional. Tanaman ini dapat dikenali dari bentuk daunnya yang berukuran kecil.  “Pohon kelor juga mudah tumbuh dan bisa hidup di tanah yang tidak terlalu subur,” sebutnya, Jumat (30/10).

Kondisi ini sangat cocok dengan alam Lombok Timur, sehingga pilihan menanam pohon kelor sangat tepat dengan perhitungan yang sangat matang.  ” Sudah cocok kalau kita lihat. Yakin usaha sampai pasti pohon kelor tumbuh dengan baik,” paparnya.

Daun kelor dapat diolah menjadi jamu, teh herbal, hingga suplemen. Tak sedikit pula orang yang menggunakan daun kelor sebagai bahan masakan. Dalam pengobatan tradisional, daun kelor dipercaya berkhasiat untuk mengobati diabetes, nyeri sendi, infeksi bakteri, hingga kanker.

“Kandungan nutrisi daun kelor Di dalam sekitar 2 gram daun kelor, terkandung 14 kalori dan beragam nutrisi,” paparnya.

Pihaknya sangat berharap, apa yang dilakukan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan pondok pesantren. Di samping itu, para santri di masa mendatang dapat mengubah mindset mereka bahwa alumni harus berwirausaha.  “Kita juga ajarkan para santri ini untuk belajar berbisnis sejak jadi santri. Sehingga kelak mereka bisa mandiri,” jelasnya. (dys)