Program Yes I Do Dorong Penurunan Angka Pernikahan Anak

Mataram (Suara NTB) – Meningkatnya angka perkawinan anak di NTB, khususnya Lombok, menjadi penyumbang terbesar tingginya angka kehamilan remaja. Di tengah pandemi virus corona (Covid-19) saat ini, potensi perkawinan anak tersebut semakin terbuka lebar.

Dampak buruk perkawinan usia anak sendiri dapat memengaruhi individu dan keluarga korban. Antara lain seperti putus sekolah, komplikasi kehamilan dan persalinan, stunting, eksploitasi hingga kematian. Program “Yes I Do” yang digagas Rutgers WPF Indonesia, Aliansi Remaja Independen, dan Plan International Indonesia berupaya mencegah dan memutus rantai pernikahan usia anak tersebut.

“Programnya di Lombok Barat (Lobar) dan ini program kita 5 tahun kedepan untuk mencegah perkawinan anak. Apalagi di Lombok ini sendiri banyak banget terjadi perkawinan anak,” ujar District Coordinator Rutgers WPF Indonesia Muhammad Rey Dwi Pangestu, Jumat, 11 September 2020.

Program tersebut saat ini difokuskan pada dua kecamatan di Lombok Barat. Yakni kecamatan Kediri dan Lembar. Menurut Rey, penyebab pernikanan anak meliputi tingkat pendidikan, kondisi ekonomi, dan pola pikir anak yang mudah dipengaruhi oleh kultur masyarakat dan lingkungan.

“Untuk di wilayah Lombok Barat tidak semua desa, hanya 4 desa di kecamatan Lembar dan Kediri,” jelasnya.

Untuk mengatasi persoalan itu, mata rantai harus diputus secara bersamaan agar optimal dengan peran serta banyak pihak. Termasuk “local partner” dan pemerintah kota setempat. Pada 2016-2017 saja tingkat perkawinan anak saja mengalami peningkatan. Tetapi, pada 2019 sempat mengalami penurunan.

“Kita melihatnya itu bahwa teman-teman sudah perhatian dengan kawin di bawah umur, bahkan sampai di 2020 awal ini sudah menurun. Tapi pas pandemi ini justru meningkat,” ujarnya.

Salah satu tujuan program Yes I Do agar tidak terjadi lagi peningkatan angka perkawinan anak tersebut. Selain itu, diharapkan juga menjadi bekal di lima tahun kedepan untuk program ini. Kendati demikian, banyak kendala yang dihadapi selama mensosialisasikan program tersebut.

“Kita paling sulit untuk mengajak tokoh adat atau tokoh agama agar tidak menikah. Kita sudah mencoba ke pendidikan tapi belum berhasil kita ajak,” tandasnya. (bay)

RELATED ARTICLES









Digital Interaktif.

Edisi 1 Januari 1970

Co-Location ‘SenyuM’ dari BRI, Pegadaian, & PNM, Mudahkan Pelaku Usaha Akses...

0
Jakarta (suarantb.com)– Kehadiran co-location Holding Ultra Mikro (UMi) atau yang disebut gerai SenyuM terus dikembangkan untuk memudahkan nasabah pelaku usaha dalam mengakses layanan jasa...

Latest Posts

Co-Location ‘SenyuM’ dari BRI, Pegadaian, & PNM, Mudahkan Pelaku Usaha Akses Layanan Permodalan

Jakarta (suarantb.com)– Kehadiran co-location Holding Ultra Mikro (UMi) atau...

Bawaslu KSB Tertibkan APS Berbau Kampanye

Taliwang (Suara NTB) - Bawaslu Kabupaten Sumbawa Barat (KSB)...

Papuq Samsiah dan Cucunya Luput dari Bantuan Pemerintah

Giri Menang (Suara NTB) - Pemkab Lombok Barat (Lobar)...

Puluhan Developer di Lobar Diduga Belum Kantongi Izin LSD

Giri Menang (Suara NTB) - Pansus Raperda Pajak dan...

ARTKEL ACAK

LIGA Sinova 2023 42 Inovasi Berebut Jadi yang Terbaik

0
Praya (Suara NTB) - Sebanyak 42 karya inovasi berhasil terjaring dalam ajang Lombok Tengah Innovative Government Award – Sistem Inovasi Daerah (LIGA Sinova) tahun...

Astra Motor NTB Ajak 200 Mahasiswa Unram Komitmen Tanamkan Berkendara Aman

0
Mataram (Suara NTB) – Ratusan Mahasiswa dari berbagai Fakultas di Universitas Mataram NTB mengikuti Seminar Safety Riding “Bangga Menjadi Generasi #Cari Aman” dengan topik...

Kodim Loteng Rayakan HUT TNI dengan Tanam Mangrove

0
Praya (Suara NTB) - Kodim 1620/Lombok Tengah (Loteng) menggelar aksi tanam mangrove di kawasan pesisir Dusun Lauk Desa Kuta, Pujut, Rabu, 27 September 2023....

Kolom