Aksi Dugem di Savana Propok Dinilai Mencoreng Pariwisata Lotim

0
Inilah kawasan pendakian di Bukit Kondo Savana Propok. Pendakian ke objek wisata tersebut, saat ini ditutup sementara lantaran adanya aksi dugem yang dilakukan oleh pengunjung di lokasi perkemahan.(Suara NTB/yon)

Selong (Suara NTB) – Jalur pendakian ke Bukit Kondo Savana Propok kembali ditutup sementara. Kebijakan tersebut menyusul adanya aksi dugem yang dilakukan para wisatawan akhir pekan lalu yang terekam dalam sebuah video amatir. Penutupan dilakukan oleh pengelola dalam hal ini Pokdarwis berkoordinasi dengan Balai TNGR untuk dilakukan evaluasi.

Menanggapi kejadian tersebut, Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Lotim, Dr. M. Mugni, S.Pd, M.Pd, mengaku sangat menyesalkan adanya video dugem wisatawan yang viral di media sosial di Savana Propok. Dispar berharap agar kejadian serupa tidak terjadi lagi karena cukup mencoreng dunia pariwisata.

Apalagi, Provinsi NTB, khususnya Kabupaten Lotim ditetapkan sebagai kawasan wisata halal atau wisata syariah. Maka dari itu, antara Dispar, TNGR dan pihak terkait lainnya harus tetap berkoordinasi untuk melahirkan atraksi-atraksi pariwisata yang positif.

Adapun tingkat kunjungan wisatawan ke Bukit Kondo Savana Propok terus mengalami peningkatan. Terlebih pas kunjungan ataupun pendakian yang dilakukan oleh, Bupati Lotim, H. M. Sukiman Azmy, beberapa waktu lalu.

Pendakian yang dilakukan oleh bupati itu, menurut Kabid Pemasaran pada Dispar Lotim, Muhir, S.Pd, menjadi magnet bagi wisatawan dan memberikan dampak yang cukup positif bagi pengembangan pariwisata Lotim ke depan.

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lotim, Royal Sembahulun, menyambut baik kebijakan penutupan sementara pendakian ke Bukit Kondo Savana Propok tersebut.

Penutupan sementara oleh pengelola yang mendapatkan izin dari TNGR selaku pemilik kawasan merupakan langkah yang cukup tepat. Sikap tegas dari pengelola justru sangat dibutuhkan ketika ada hal-hal yang tidak wajar dilakukan oleh para pengunjung yang dapat menunggu kenyamanan pengunjung lain.

“Penutupan tidak dilakukan secara permanen. Hanya sementara sembari melakukan evaluasi internal pengelola dan memutuskan langkah-langkah yang lebih baik dalam mengatur ketertiban pengunjung agar ke depan menjadi lebih baik dan professional,” terangnya.

Penutupan ini juga menjawab tudingan netizen yang berkomentar miring menganggap pengelola hanya mementingkan uang. Kebijakan ini juga sebagai wujud nyata dan komitmen kelompok pemuda Desa Bebidas Kecamatan Wanasaba yang tergabung dalam Pokdarwis sebagai pelopor pengembangan pariwisata di Desa Bebidas.

“Destinasi wisata yang menawarkan alam harus melakukan hal yang sama, yaitu mengedepankan kenyamanan para pengunjung yang lain,” terangnya.

Meskipun berjoget bukanlah hal terlarang, namun alangkah baiknya tidak dilakukan di atas Gunung karena dapat mengganggu orang lain yang mencari ketenangan sambil menikmati keindahan alam pegunungan. Selain itu, satwa di sekitar lokasi camping juga tidak terganggu. (yon)