Jalan dan Jembatan Provinsi di Dompu Ditangani Tahun Ini

0
Gubernur NTB, H. Zulkieflimansyah didampingi Bupati Dompu, H. Bambang M. Yasin dan Asisten II Setda NTB, H. Ridwan Syah saat berjumpa warga Kiwu Kecamatan Kilo, Sabtu, 11 Januari 2020.(Suara NTB/ula)

Dompu (Suara NTB) – Ruas jalan dan jembatan yang menjadi kewenangan pemerintah Provinsi di Kabupaten Dompu akan sepenuhnya ditangani tahun 2020 ini. Sehingga tidak akan ada lagi jalan dan jembatan yang rusak.

Asisten II Setda Provinsi NTB, Ir. H. Ridwan Syah yang diberi kesempatan menjawab pertanyaan warga saat jumpa Gubernur NTB, Dr H. Zulkieflimansyah dengan warga Kiwu Kecamatan Kilo, Sabtu, 11 Januari 2020 malam mengungkapkan, mulai 2020 ini pemerintah Provinsi NTB telah menganggarkan anggaran hingga Rp.700 M untuk perbaikan jalan dan jembatan. Sekitar Rp.400an M diarahkan untuk jalan dan jembatan di pulau Sumbawa, termasuk diantara untuk Kabupaten Dompu.

“Semua jalan provinsi yang ada, termasuk (ruas) Kilo-Kiwu dan simpang Kempo (Dompu)-simpang Kore (Bima) ini akan diperbaiki. Tidak ada lagi jalan yang berlubang dan jembatan yang putus,” kata mantan Kepala Dinas PU Kabupaten Dompu ini.

Tidak hanya perbaikan jalan dan jembatan, Ridwan Syah juga mengungkapkan komitmen Gubernur NTB untuk semua wilayah di NTB harus tersambung jaringan komunikasi dan internet. Ketika tersambung jaringan internet, kebutuhan akan informasi dan lainnya akan tertangani. “Tekad pak Gubernur, tidak ada blank spot. Semua Desa harus terhubung dengan internet, termasuk di (Kiwu) sini,” kata Ridwan Syah.

Masalah kekurangan bahan bacaan bagi kelompok peminat buku baca, kata Ridwan Syah, dengan adanya jaringan internet bisa diakses secara on line. Saat ini, buku bacaan sudah banyak yang buka secara on line dan didownload. “Kalau di sini sudah ada internet, buku itu bisa dilihat lewat internet. Kita coba komunikasikan dengan providernya Telkomsel atau XL,” ungkap Ridwan Syah.

Sementara Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah pada kesempatan itu mengingatkan kepada warga untuk tidak terlampau keasyikan, sehingga berlebihan dalam membabat hutan untuk dijadikan ladang jagung.

“Jangan sampai keasyikan tanam jagung, kita lupa shalat berjamaah. Karena dulu ada sahabat nabi seperti itu. Jangan sampai harta yang menghadirkan kesejahteraan meninggalkan kita dari nilai-nilai agama kita,” ungkapnya.

Sebelum ada jagung dan kesejahteraan, doanya dan shalatnya khusu’. Setelah ada jagung, justru ndak pernah lihat masjid karena di ladang terus menerus. “Apalagi menjelang panen, tidak pernah shalat lagi. Jangan sampai dunia dan urusan materi ini menjauhkan kita dari hidayah Allah SWT,  karena ini ujian juga,” katanya. (ula)