Kendalikan Harga Elpiji di Pulau Sumbawa dengan Operasi Pasar

0

Mataram (Suara NTB) – Alternatif bahan bakar di Pulau Sumbawa telah dikonversi penuh dari minyak tanah ke Elpiji. Di masa transisi ini masih menyisakan persoalan, tingginya harga jual Elpiji. Bahkan sampai Rp40.000 tabung isi ulang. Sejak Januari 2020, minyak tanah subsidi resmi dicabut peredarannya di Pulau Sumbawa. Yang beredar hanya minyak tanah non subsidi.

Namun pemerintah telah jauh-jauh hari menyiapkan alternatif menggunakan Elpiji. Paket bantuan Elpiji juga telah terdistribusi ke masyarakat di lima kabupaten/kota di Pulau Sumbawa. Namun tingginya harga isi ulang Elpiji subsidi di Pulau Sumbawa menjadi perhatian publik. Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Provinsi NTB, I Komang Gandhi mengatakan akan melakukan pengecekan penyebab tingginya harga tebus isi ulang Elpiji tabung melon, 3 Kg di sebagian wilayah Pulau Sumbawa.

Menurut Gandhi, penyaluran Elpiji dari agen, hingga pangkalan tidak boleh melenceng dari SOPnya. Harga Eceran Tertinggi (HET) juga telah ditetapkan oleh pemerintah daerah. Jarak pendistribusian dari 0-60 Km, harus dijual dengan harga Rp15.000/tabung. Dari jarak antar 60 Km-120 Km harus dijual Rp15.500/tabung.

“Penjualan di pangkalan sudah tertera nama pangkalan dan harga jualnya. Mestinya masyarakat membeli di pangkalan dengan HET,” kata Gandhi kepada Suara NTB, Kamis, 9 Januari 2020.

Ia menduga, tingginya harga penebusan di tingkat masyarakat, akibat tidak membeli di pangkalan. Bisa saja membelinya melalui para pengecer dengan mata rantai pemasaran yang panjang, secara otomatis akan diperhitungkan keuntungannya oleh pengecer. Karena itu, menurutnya sangat dipandang perlu Pemda setempat mengedukasi masyarakatnya untuk membeli Elpiji di pangkalan-pangkalan.

“Harga di pangkalan sudah transparan. Ada plang dan mencantumkan harga,” ujarnya.

Imbauan saya kepada masyarakat yang mau beli Elpiji mestinya belilah di pangalan resmi, jangan beli di pengecer. Penjualan di tingkat pengecer tidak dapat diintervensi langsung. Sementara Sigit Wicaksono, Sales Branch Manajer NTB II PT.

Pertamina (Persero) juga menegaskan, intervensi bisa dilakukan hingga ke tingkat pangkalan. Untuk mengendalikan harga tebus Elpiji subsidi agar tak liar, Pertamina menggalakkan Operasi Pasar (OP) melibatkan agen-agen Elpiji.

OP pertama dilakukan di Kabupaten Bima. Terjual sebanyak 1.120 tabung. OP kedua rencananya akan dilakukan di Kabupaten Bima, menyiapkan lebih dari seribu tabung. Harganya sesuai HET. Pertamina berkoordinasi dengan Pemda setempat, termasuk untuk pengamanan. OP ini kata Sigit akan terus menerus dilakukan di lapangan-lapangan terbuka. Sembari OP, juga dilakukan evaluasi perkembangan harga.

“Kalau sudah harga normal, OP kita stop. Kalau belum, OP tetap akan kita laksanakan sampai harga normal,” ujarnya.

Sejak dilakukan konversi di Pulau Sumbawa. Pertamina juga telah mempersiapkan agen dan pangkalan untuk mendistribusikan Elpiji ke masyarakat. Total 14 agen dan 1.772 pangkalan yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Pulau Sumbawa.

“Kita juga akan mengembangkan agen hingga ke pelosok-pelosok untuk memudahkan masyarakat mendapatkan Elpiji dengan harga sesuai HET,” demikian Sigit. (bul)