Boris Syaifullah, Mantan TKI Asal Sumbawa yang Sukses Jadi Pemain Internasional Properti Telekomunikasi

0

Bandung  (Suara NTB) – Tamatannya hanya SMP, mantan TKI. Siapa sangka, ia menjelma menjadi “pemain” antar negara bisnis properti (perangkat) telekomunikasi. Ia adalah Boris Syaifullah. Di Jawa Barat, ia lebih akrab dipanggil Borsya.

Dulunya seorang anak dari desa kecil, Labuhan Kuris, Kecamatan Lape Kabupaten Sumbawa, NTB. Nasib mengantarnya kini menjadi kandidat kuat calon Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) provinsi Jawa Barat.

Kita sadari. Sehari-hari kita tak lepas dari kebutuhan akan layanan telekomunikasi. Perkembangan sistem telekomunikasi Indonesia juga kini telah maju. Dari dulunya perangkat konvensional (kabel) ke teknologi paling tinggi Fiber Optik (FO).

Jaringan telekomonukasi modern membentang dari Sabang ke Merauke atau dari Aceh ke Papua. Terhubung dalam satu sistem (koneksi). Tapi ada hal menarik dibalik modernnya jaringan telekomunikasi Indonesia yang terus dikembangkan oleh Telkom.

Rupanya Borsya adalah bagian dari kekuatan teknologi telekomunikasi Indonesia. Mengapa demikian? Lahir dari keluarga broken home orang tuanya membuat ia memutuskan menjadi TKI.

Pilihannya adalah Korea pada tahun 1997 silam, menggunakan jalur pemberangkatan resmi. Ia bekerja dibidang yang berhubungan dengan komponen dan perangkat elektronik di negeri ginseng itu. Baru setahun bekerja, Borsya berpikir keras. Bagaimana ke depan bisa sukses, tanpa harus mengandalkan penghasilan dari TKI.

“Setahun saya bekerja. Saya kirim uang ke kampung. Lama-lama saya mikir, apakah saya harus tetap seperti itu,” kata Borsya ketika ditemui dalam pertemuan tim suksesnya sebagai calon Ketua Kadin Jawa Barat,  pekan kemarin.

Ia berpikir keras, bagaimana dapat penghasilan besar dan masa depan yang lebih baik. Ia memutar otak. Nalurinya tergerak mencari kabar tentang kebutuhan apa yang paling mendesak di Indonesia yang dapat di pasoknya dari perusahaan-perusahaan di Korea.

Terjawab, sistem telekomunikasi Indonesia berubah drastis menuju ke tekonologi paling maju dibawah tahun 2.000. Borsya  kemudian memilih menjadi TKI ilegal. Lari dari tempatnya bekerja, sembari menekuni ilmu tentang komponen, dan jaringan telekomunikasi.

Selain belajar otodidak. Ia juga kursus untuk mendalami pengetahuan tentag sistem dan perangkat telekomunikasi. Sembari menyalurkan hobinya bermain bulu tangkis. Borsha memperluas jaringan. Hingga di dipercaya memegang satu perusahaan telekomunikasi Korea di Indonesia.

Ia pulang ke tanah air dengan kemampuannya sebagai praktisi di bidang telekomunikasi. Jatuh bangun kerap ia hadapi. Kerasnya persaingan bisnis juga ia mampu taklukkan.

Meskipun hanya seorang lulusan SMP. Saat ini sebanyak 475 karyawan ia pekerjakan di pabrik pembuatan komponen jaringan telekomunikasi teknologi terbaru.

Proyek-proyek pembangunan jaringan telekomunikasi di Indonesia. Dari FO hingga ke pemasangan Indiehome perusahaannya yang menanganinya. Ia mitra terbaik Telkom untuk membangun Indonesia berbasis teknologi telekomunikasi.

Dalam sebulan, ia mampu menghasilan omzet hingga Rp30 miliar. Borsya sedang mengembangkan perusahannya mencai target omzet minimal Rp50 miliar sebulan. Borsya, anak Labuhan Kuris kelahiran 8 September 1975 ini adalah salah satu pemegang kendali ekonomi yang diperhitungkan di Jawa Barat, apalagi di kota kembang Bandung.

Borsya kini memiliki perusahaan yang 100 persen saham miliknya, namanya PT. BorSya Cipta Communica. Empat perusahaan serupa lainnya adalah perusahaan mitranya dengan investor di Korea. Ia juga tengah mengembangkan jaringan internasional dengan membuka kantor cabang di luar negeri.

Media ini bekesempatan bersilaturrahmi di kediamannya, di Komplek Buah Batu Regency Blok A 4 Nomor 10, kawasan perumahan elit. Ia juga berkesempatan mengajak meninjau pabrik komponen tekekomunikasi miliknya di Ciputra BizPark Commercial Estate. Kawasan industri strategis di Bandung.

Ia tetap bersahaja, tak lupa akan dirinya. Borsya sangat terbuka kepada siapapun. Dari pabrik inilah, ia memproduksi seluruh jenis komponen telekomunikasi. Hasil produksinya telah mendapat standar pengakuan dari Telkom. Selain untuk memenuhi kebutuhan telekomunikasi dalam negeri, Borsya juga mengekspor ke negara-negara yang membutuhkan. Salah satunya ke Jerman.

Namanya terlanjur besar di Jawa Timur. Borsya sedang dicalonkan menjadi kandidat Ketua Kadin Jawa Barat. berkompetisi dengan dua kandidat lain. Ia memiliki bekal cukup berorganisasi. Apalagi jabatannya sebagai Komite Korea. Negeri ginseng itu telah dibuatnya menjadi sister city Indonesia-Korea. Ia bisa melakukannya.

Ia memiliki mimpi besar membangun Jawa Barat  jika terpilih sebagai Ketua Kadin. Ia juga akan menjadikan Bandung-NTB segbagai sister  city.  Jaringan investor di Kore Selatan, negeri tujuannya menjadi TKI dulu, telah banyak ia boyong ke tanah air. Ia juga sedang merencanakan sister city antara Jawa Barat-Nusa Tenggara Barat.

“Banyak investasi yang bisa di arahkan masuk ke NTB. Sedang mengarah ke sana,” demikian Borsya.

Kansnya menjadi ketua terpilih Kadin Jawa Barat juga optimis disampaikan Ketua Kadin Kota Bandung, Iwagartiwa.  Diusungnya nama Borsya, setelah dilakukan pengkajian secara matang. Di Kadin Bandung, Borsya diposisikan sebagai jembatan penghubung pebisnis Indonesia dengan Korea. (bul)