Hari Pahlawan, Inspirasi untuk ‘’Mengusir’’ Kemiskinan

0

Mataram (Suara NTB) – Wakil Gubernur (Wagub) NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, M.Pd berharap peringatan Hari Pahlawan bisa menjadi momentum bagi seluruh bangsa Indonesia untuk introspeksi diri. Setiap perjuangan hakekatnya pasti ada hasilnya. Sehingga, tidak ada kata akhir atau berhenti bagi bangsa Indonesia untuk terus berjuang.

Melalui peringatan Hari Pahlawan harus bisa melahirkan ide dan gagasan berupa transformasi semangat pahlawan menjadi keuletan dalam melaksanakan pembangunan.

‘’Mentransformasikan keberanian melawan penjajah dapat dijadikan inspirasi mengusir musuh bersama bangsa saat ini, yaitu kemiskinan,’’ tegas Wagub yang bertindak sebagai Inspektur Upacara Peringatan Hari Pahlawan 2018, Sabtu, 10 November 2018.

Transformasi kecerdikan para pahlawan dalam mengatur strategi pun dapat menginspirasi rakyat Indonesia untuk melakukan inovasi cerdas. Memperkuat daya saing bangsa dalam pergaulan dunia.

Peringatan Hari Pahlawan juga diisi dengan penyerahan 100 paket bingkisan dan dua buah kursi roda dari Gubernur Dr. H. Zulkieflimansyah SE., M. Sc kepada Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) NTB.  Turut mengikuti upacara, Ketua TP. PKK Provinsi NTB, Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah SE., M. Sc, jajaran FKPD, Kepala OPD lingkup Pemprov NTB, TNI/Polri, tokoh agama dan tokoh masyarakat.

Kegiatan dilanjutkan dengan ziarah ke Makam Pahlawan Nasional, TGKH.M. Zainuddin Abdul Majid di Komplek Al-Abror Ponpes NW Pancor Lombok Timur.

Pada peringatan Hari Pahlawan 2018, cucu Pahlawan Nasional asal NTB itu juga  menyampaikan salah satu pesan Maulana Syaikh, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang merupakan pahlawan nasional dari NTB. Pesan itu tentang perintah menghidupkan iman dan taqwa untuk membangun kecintaan terhadap bangsa dan agama.

‘’Hidupkan iman hidupkan taqwa agar hiduplah semua jiwa, cinta teguh pada agama cinta kokoh pada negara,’’ ucapnya menirukan pesan Maulana Syeikh.

Pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, SE, M. Sc – Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, M. Pd (Zul – Rohmi) masih memiliki tugas yang berat untuk menurunkan angka kemiskinan yang masih berada di atas rata-rata nasional. Angka kemiskinan di NTB saat ini sebesar 14,75 persen.

Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin di NTB  pada Maret 2018 mencapai 737.460 orang atau 14,75 persen. Jika dilihat dalam periode September 2017 – Maret 2018, jumlah penduduk miskin di NTB berkurang 10.660  orang atau 0,30 persen.

Selama periode September 2017 – Maret 2018, secara absolut penduduk miskin di daerah perkotaan meningkat sekitar 1.830 orang. Dari 368.550  orang pada September 2017 menjadi 370.380 orang pada Maret 2018. Sebaliknya di daerah perdesaan penduduk miskin berkurang sebanyak 12.490 orang. Dari 379.570  orang pada September 2017  menjadi 367.080 orang pada Maret 2018.

Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2017 sebesar 16,23 persen, turun menjadi 15,94 persen pada Maret 2018. Sementara penduduk miskin di daerah perdesaan turun dari 14,06 persen pada September 2017 menjadi 13,72 persen pada Maret 2018.

Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Hal ini terjadi baik di perkotaan maupun perdesaan. Pada Maret 2018, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 73,98 persen untuk perkotaan dan 76,32 persen untuk perdesaan.

Pada periode September 2017 – Maret 2018, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) di perkotaan  maupun di perdesaan mengalami peningkatan. Untuk perkotaan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) meningkat dari 3,001 pada September 2017 menjadi 3,241 pada Maret 2018. Untuk perdesaan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) meningkat dari 2,316 pada September 2017 menjadi 2,448 pada Maret 2018.  Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin di perkotaan maupun di perdesaan cenderung menjauh dari Garis Kemiskinan.

Selanjutnya, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan maupun perdesaan di daerah ini  juga mengalami peningkatan. Untuk perkotaan, Indeks Keparahan (P2) meningkat dari 0,762 pada September 2017 menjadi 0,905 pada Maret 2018. Untuk perdesaan, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) meningkat dari 0,522 pada September 2017 menjadi 0,601 pada Maret 2018. Dengan meningkatnya P2 berarti kesenjangan di antara penduduk miskin di perkotaan maupun di perdesaan semakin melebar.

Perkembangan capaian penurunan angka kemiskinan di NTB dalam kurun waktu 2014-2018. Pada periode Maret 2014,  kemiskinan di NTB  pada  angka 17,24 persen. Dan pada periode Maret 2015,  mengalami penurunan menjadi 17,10 persen  yakni berkurang sebanyak 0,14 persen.

Sedangkan pada periode Maret 2016 kemiskinan di  NTB sebesar  16,48 persen,  mengalami penurunan sebesar 0,62 persen  menjadi 16,48 persen  jika dibandingkan dengan periode Maret 2015. Pada periode Maret 2017 kemiskinan di  NTB mencapai angka 16,07 persen,  mengalami penurunan sebesar 0,41 persen  jika dibandingkan dengan periode Maret 2016.

Kemudian pada  periode Maret 2018 kemiskinan di NTB kembali mengalami penurunan sebesar 1,32 persen  menjadi 14,75 persen  jika di bandingkan dengan periode Maret 2017.Jika dilihat progres penurunan kemiskinan  NTB dari periode Maret 2014 – Maret 2018 yakni sebesar 2,27 persen.   Atau sebanyak 83.358 orang miskin yang berhasil dientaskan dari kemiskinan selama kurun waktu tersebut. (nas)