Akses Tertutup Tanah Longsor, SAR Kesulitan Evakuasi Pendaki di Rinjani

0

Selong  (Suara NTB) – Petugas dari SAR Mataram agak kesulitan mengevakuasi 266 pendaki yang terjebak di Danau Segara Anak Gunung Rinjani pascakejadian longsor yang terjadi di daerah tersebut. Longsor yang terjadi di Gunung Rinjani  akibat gempa berkekuatan 6,4 Skala Richter (SR) yang mengguncang Lombok, Sumbawa dan Bali, Minggu, 29 Juli 2018 lalu.

 

Kepala Kantor SAR Mataram, I Nyoman Sidakarya, SH., yang dikonfirmasi di sela-sela kunjungan Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo (Jokowi) di Desa Madayin Kecamatan Sambelia Lombok Timur (Lotim, Senin, 30 Juli 2018 mengatakan pihaknya bersama tim SAR gabungan dari TNI/Polri, relawan dan petugas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) sudah bergerak melakukan evakuasi sejak pukul 07.00.

“Data terakhir 266 orang (masih terjebak di danau). Merupakan warga negara asing dan WNI,” kata Sidakarya.

Dari ratusan pendaki yang masih terjebak di Danau Segara Anak, pihaknya belum dapat merincikan berapa orang warga negara asing dan WNI. Namun, ujarnya, sampai saat ini ada satu pendaki yang meninggal atas nama Muhammad Ainul Yakin asal Makassar Sulawesi Selatan.

“Basarnas ada kesulitan di sana terkait dengan akses yang masuk ke danau tertutup tanah longsor. Sekarang kita lagi proses. Mudah-mudahan berjalan dengan lancar proses evakuasinya,” harapnya.

Untuk pendakian ke Rinjani, kata Sidakarya sudah ditutup sementara. Untuk memperlancar proses evakuasi, pihaknya bersama petugas lainnya sedang membuka akses jalan yang tertutup longsor. Diharapkan gempa susulan tidak terjadi lagi. “Dan proses evakuasi bisa berjalan dengan aman, lancar dan terkendali,” katanya.

Mengenai waktu yang dibutuhkan untuk mengevakuasi 266 pendaki yang terjebak di Danau Segara Anak, Sidakarya mengharapkan dapat selesai dalam satu hari. Namun hal itu tergantung situasi dan kondisi di lapangan. “Kami memprediksi satu hari bisa selesai. Karena banyak korban yang ada di danau,” katanya.

Jumlah pendaki yang naik ke Rinjani sebelum kejadian gempa berkekuatan 6,4 SR tersebut sebanyak 829 orang. Ratusan pendaki ini naik ke Rinjani pada tanggal 27 dan 28 Juli 2018. Sementara itu, jumlah personel yang diterjunkan SAR Mataram untuk melakukan evakuasi pendaki di Rinjani sebanyak 30 orang. Selain itu ada tim SAR gabungan yang berasal dari TNI/Polri dan petugas TNGR.

Sementara Anggota Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) turut serta menjadi relawan gempa Lombok yang melanda Lombok Timur. Mereka khususnya ikut berjuang mengevakuasi pendaki Gunung Rinjani. Bentuknya mengantarkan logistik ke pendaki yang belum dievakuasi.

“Kita difokuskan untuk menyalurkan logistik makanan dan minuman bagi para pendaki dan tim evakuasi, yang ada di Bukit Pelawangan Sembalun,” kata perwakilan tim relawan Mapala Unram, Riswan Hadi Saputra, Senin, 30 Juli 2018.

Riswan bersama timnya membawa logistik makanan dan minuman dari pintu gerbang Rinjani Tracking Center (RTC), melalui jalur resmi pendakian Sembalun. Mereka menuju pos II Sembalun.

Sesampainya di Pos 2 Sembalun, jelasnya, tim dengan barang bawaan logistiknya akan berangkat bersama tim evakuasi gabungan SAR menuju Bukit Pelawangan.

“Jadi logistik ini akan dibagikan saat di Bukit Pelawangan. Pendaki yang masih di atas ini paling membutuhkan logistik. Beberapa persedian mereka menipis karena melebihi rencana pendakian,” ucapnya.

Jumlah pendaki yang tercatat di Pos Taman Nasional Gunung Rinjani mencapai 820aik tanggal 27 Juli sebanyak 448 orang, dan tanggal 28 Juli sebanyak 372 orang.

Kepala Balai TNGR, Sudiyobo mengatakan, pendaki masih ada yang terjebak di jalur pendakian. Mereka berada di dua titik yaitu di jalur Sembalun, Kabupaten Lombok Timur dan Batu Ceper, Senaru, Kabupaten Lombok Utara. Pendaki dievakuasi melalui jalur pendakian Sembalun. Telah disiapkan relawan kesehatan dan ambulans untuk menangani pendaki yang dievakuasi. (nas/why)