Kelompok Radikal di NTB Masih Jadi Ancaman

0

Mataram (suarantb.com) – Perkembangan kelompok radikal di NTB dinilai dapat menjadi teror dalam kelangsungan bernegara. Berdasarkan evaluasi akhir tahun, Kapolda NTB, Brigjen Pol. Drs Umar Septono, SH., MH., menilai adanya potensi bibit-bibit radikalisme yang dapat menjadi bom waktu.

Kapolda mengungkapkan, kelompok radikal yang berkembang di NTB tidak sepaham dengan ideologi pancasila yang diterapkan di Indonesia. Kecenderungan kelompok radikal untuk mendirikan negara islam menjadi potensi terjadinya teror.

“Perkembangan situasi yang terjadi di wilayah hukum Polda NTB secara umum di tahun 2016, di antaranya masih terdapat kelompok radikal yang tidak sepaham dengan ideologi pancasila dan ingin menegakan negara bersyariat islam,” ungkap Kapolda NTB, belum lama ini.

Kelompok radikal yang berkembang di NTB yaitu Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), Jamaah Ansharusy Syariah (JAS), Jamaat Tauhid Wal Jihad (TWJ), Laskar Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) di wilayah Dompu, Bima, dan Lombok Timur.

“Laskar Majelis Mujahidin Indonesia di wilayah Dompu, Bima, dan Lombok Timur terjadi peningkatan aktivitas selama tiga bulan terakhir. Dalam bentuk kegiatan pelatihan bela diri, semi militer, serta kegiatan-kegiatan tablig akbar,” jelasnya.

Selain ancaman teroris, terdapat pula permasalahan aliran kepercayaan yang mendapat penolakan dari masyarakat karena dianggap menyimpang. Selain itu, menurut Kapolda NTB, perkembangan situasi nasional pascakasus dugaan penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), telah berdampak meningkatnya situasi Kamtibmas secara nasional.

Selain memunculkan aksi protes secara besar-besaran, terjadi dinamika yang pesat pada media sosial. Masyarakat terbagi menjadi dua kubu, antara pro dan kontra terhadap Gubernur nonaktif DKI Jakarta tersebut.

“Khusus di media sosial, yang saling provokasi dengan disertai ujaran kebencian (hate speech), termasuk terhadap aparat keamanan dan pemerintah, dan dapat mengarah pada terjadinya perpecahan,” bebernya.

Situasi perpolitikan tanah air yang memanas, membuat lahirnya upaya dari kelompok radikal yang memanfaatkan situasi, menyebabkan munculnya aksi-aksi terror pada tempat peribadatan. Dari evaluasi akhir tahun ini, diharapkan peran petugas keamanan dapat ditingkatkan untuk mengantisipasi aksi-aksi kelompok radikal tersebut. Terlebih lagi menjelang pergantian tahun. (szr)