Mataram (suarantb.com) – Pengolahan limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) oleh beberapa hotel dan rumah sakit di Kota Mataram masih belum optimal. Padahal, jenis limbah ini termasuk jenis yang berbahaya bagi lingkungan.
Demikian disampaikan Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Provinsi (BLHP) NTB, Gatot Soesanto kepada suarantb.com, Rabu, 3 Agustus 2016.
“Mengenai pengolahan limbah, untuk limbah cair maupun padat, hotel dan rumah sakit ini sudah cukup baik. Sedangkan pengolahan limbah B3 belum dilakukan dengan optimal. Ada beberapa yang tidak mematuhi aturan, padahal sudah ada dokumen lingkungannya,” jelasnya.
Jenis limbah B3 yang umumnya dihasilkan hotel adalah lampu bekas, oli bekas dan aki bekas. Sedangkan untuk rumah sakit, selain ketiga limbah tersebut, limbah laboratorium dan sisa operasi juga termasuk dalam limbah B3.
Gatot menerangkan limbah B3 ini tidak bisa dibuang sembarangan. Cara pembuangannya memiliki metode atau penanganan khusus yang harus dilakukan rumah sakit maupun hotel. Tahap pengolahan limbah B3 yang harus dilakukan mulai dari menyimpan, mengumpulkan dan mengolah.
“Untuk menyimpan saja, perusahaan butuh izin dari kementerian pusat. Kalau ingin dibuang, bisa bekerjasama dengan pihak ketiga. Tetapi, biayanya memang mahal,” kata Gatot.
Dikarenakan biayanya yang mahal inilah ada beberapa hotel dan rumah sakit yang kurang memperhatikan pengolahan limbah B3 ini. Namun, sudah ada hotel dan rumah sakit yang menangani limbah B3 dengan cara disimpan sendiri. Mereka mempunyai Tempat Penyimpanan Sementara Sampah B3 (TPSB3). Tempat penyimpanan ini juga harus sering dilakukan pengecekan.
“Istilahnya ada pembukuan begitu, ada berapa yang masuk, yang keluar, yang masih disimpan. Batasan waktu penyimpanan satu jenis limbah dengan yang lain juga berbeda-beda. Hal ini juga harus sering dicek, untuk mencegah kebocoran, dan sebagainya. Mengenai tempat penyimpanan juga ada standar baku yang harus diikuti,” jelasnya.
Saat ini, perusahaan yang mengumpulkan limbah B3 masih sangat sedikit. Hanya tersedia perusahaan pengumpul limbah oli bekas. Sedangkan untuk limbah aki bekas belum ada yang menangani, sehingga harus dikirim ke luar daerah. Inilah yang menyebabkan biaya pengolahan limbah B3 mahal. (ros)