Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, Gubernur Ingatkan Sinergitas Dikbud dan Kemenag

0
Gubernur NTB H. Zulieflimansyah menerima kepengurusan Forum Pendidik Madrasah Inklusi NTB dipimpin Mira Mareta, di ruang kerja Gubernur NTB, Selasa, 4 Mei 2021. (Suara NTB/ist)

Mataram (Suara NTB) – Aksebilitas pendidikan untuk semua khususnya bagi anak didik berkebutuhan khusus (disabilitas) yang diakomodir melalui layanan pendidikan di sejumlah Madrasah, namun menjadi tugas kolaboratif untuk bersama-sama bertangung jawab baik dari Dikbud NTB maupun Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTB.

Gubernur NTB Dr. H. Zulieflimansyah mengingatkan  agar tidak terjadi distorsi atau demarkasi tugas antara Dikbud dan Kementerian Agama dalam memberikan akses pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus di NTB.

‘’Jadi apapun  persoalan-persoalan terkait dengan pendidikan Madrasah yang ditemukan di wilayah kabupaten/kota se NTB bukan hanya tanggung jawab induknya berada di Kementerian Agama, namun persoalan tersebut bisa diatasi dengan baik jika berkoordinasi dan bersinergi lebih intens dengan Dikbud baik yang ada di provinsi maupun kabupaten/kota,’’ tandas Gubernur saat menerima kepengurusan Forum Pendidik Madrasah Inklusi (FPMI) Provinsi NTB dipimpin Dr. Mira Mareta, MA di ruang kerja Gubernur NTB, Selasa, 4 Mei 2021.

Gubernur yang didampingi Asisten II Setda NTB Ir. Ridwansyah, MTP dan Kepala Dinas Dikbud NTB Dr. Aidy Furqon, M.Pd menginginkan ke depannya urusan pendidikan termasuk pendidikan inkulusi bagi penyandang disabilitas tidak hanya menjadi tanggung jawab satu institusi saja, namun tanggung jawab bersama untuk meraih kesuksesan bersama pula.

‘’Jadi sewaktu-waktu Dikbud tidak hanya mengunjungi sekolah-sekolah negeri di bawah tanggung jawabnya saja. Namun juga sewaktu-waktu bisa mengunjungi madrasah-madrasah di bawah naungan Kementerian Agama. Dan begitu pula sebaliknya. Jadi saling koordinasi di sini sangat penting,’’ katanya.

Mira Mareta, di hadapan Gubernur NTB menjelaskan, organisasi profesi pendidik inklusi yang tergabung dalam FPMI bertujuan untuk mewujudkan tercapainya profesionalitas para pendidik pada madrasah inklusi di Indonesia khususnya NTB.

‘’Kehadiran negara untuk memastikan bahwa semua anak memiliki akses terhadap pendidikan yang terjangkau, efektif, relevan yang tepat merupakan wujud kewajiban. Terbentuknya FPMI ini dilatarbelakangi oleh kegelisahan yang dirasakan di Kementerian Agama khususnya di NTB,’’ ujarnya.

Ditambahkan, di NTB sendiri terdapat 2.700 madrasah. Sementara yang negeri hanya 78 madrasah saja, sisanya madrasah swasta. FPMNI pusat mengharapkan di NTB walaupun tidak menyandang dirinya sebagai Madrasah Inklusi tapi rata-rata di madrasah tersebut memiliki atau menerima anak-anak berkebutuhan khusus.

‘’Oleh karena itu kami merasa perlu mengembangkan kelembagaan FPMI ini. Sebelum betul-betul mereka siap diberikan sebagai Madrasah Inklusi maka perlu diberikan pemberdayaan baik kepada gurunya maupun sebagai kelembagaan pada madrasah itu sendiri. Karena itu NTB oleh Kemenag menjadi pilot project dari lima provinsi se Indonesia,’’ kata Mira. (r)