Kenaikan Harga Pertalite Belum Pengaruhi Konsumsi Premium

0

Mataram (Suara NTB) – Konsumen bergeming, meski dalam rentang waktu tidak terlalu lama, PT Pertamina menaikkan harga jual bahan bakar. Misalnya untuk Pertalite dan solar non-subsidi naik masing-masing Rp 200 per liter.

Tidak ada pola perubahan konsumsi, apalagi reaksi dari konsumen untuk eksodus kembali menggunakan bahan bakar minyak subsidi, jenis premium. Reggi Senjang Pramagarjita, Sales Representative Pertamina Depo Ampenan, Rabu, 28 Maret 2018 kemarin menegaskan, konsumsi BBM jenis premium belum terjadi perubahan yang signifikan.

“Rp 200 perak nampaknya tak terlalu dipertimbangkan oleh masyarakat,” demikian Reggi.

Yang ada justru konsumen Pertamax yang berkurang, dan lebih memilih menggunakan pertalite. Premium, sejauh ini tetap stabil konsumsinya.

Lantas kenapa di SPBU seringkali premium cepat kehabisan stok? Reggi juga mengatakan, jika melihat NTB dari proporsinya. Pengguna premium berdasarkan catatan penjualan terakhir masih mendominasi sampai 67 persen dari total penjualan bahan bakar di NTB. Sisa dari 67 persen itulah, konsumen memilih pertamax dan pertalite.

“Rata-rata penjualan 200 kiloliter perhari, konsumsi masih di dominasi premium,” jelasnya.

Pemerintah terus secara diam-diam menarik subsidi dari pasar. Salah satunya subsidi BBM. Sehingga kuota BBM subsidi yang dikirim ke daerah mengalami penurunan. Persoalannya bukan itu kata Reggi.

Saat ini SPBU-SPBU yang beroperasi di NTB terus memperbaharui fasilitas layanan penjualannya. Tidak saja terbatas pada sarana dan prasarana pendukung untuk penjualan premium dan solar. Sarana prasarana pendukung untuk penjualan  BBM non subsidi jenis pertalite dan pertamax makin banyak SPBU yang memenuhinya. Artinya, setiap SPBU memberikan fasilitas pilihan yang beragam terhadap produk BBM yang dapat digunakan.

“Disini tidak termasuk wilayah Jawa, Madura dan Bali. Jadi stok premiumnya harus tetap ada di SPBU. Kalaupun cepat habis, harusnya terjadi penumpukan. Tapi kita lihat kondisi lapangan tidak ada persoalan,” imbuhnya.

“Untuk premium ini sehari bisa mencapai 600 ton konsumsi masyarakat. Kita lihat memang tidak ada masalah di lapangan, situasinya masih kondusif,” demikian Reggi. (bul)