MDMC Maksimalkan Kemampuan Relawan Melalui Latihan Dasar Bencana

0

Mataram (Suara NTB) – Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) menggelar latihan dasar relawan penanggulangan bencana, Jumat, 28 April  hingga Minggu 30 April 2017. Kegiatan ini dalam rangka penguatan kapasitas relawan sehingga siaga dan tangguh ketika menjadi relawan saat terjadi bencana.

Formasi ‘MDMC’para relawan saat gladi penutupan pelatihan dasar penanggulangan bencana.

Pelatihan mencakup tiga kegiatan, komunikasi, penanganan medis, manajemen posko, serta media. Kegiatan penutup, simulasi evakuasi korban banjir, Minggu, 30 April 2017 sekitar Pukul 08.00 Wita.  Semua rangkaian kegiatan itu berlangsung di kompleks kampus Universitas Muhammadiyah Mataram (UMM), diawali materi teoritis dasar dari Badan Penanggulangan Bencana (BPBD), Basarnas, dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI)  Mataram untuk materi media center.

Dipandu mentor Koordinator Divisi Tanggap Darurat Pimpinan Pusat (PP) MDMC, Indrayanto, simulasi Search and Rescue (SAR) dasar berlangsung di sungai yang melintas kampus UMM. Situasi dikemas layaknya bencana banjir, puluhan anggota MDMC membagi tugas, mulai menjadi korban banjir, tim evakuasi, tim medis, tim posko, tim dapur. Ketika sirine bencana meraung, semua tim bergerak sigap sesuai tugas masing masing. Simulasi dilengkapi peralatan standar evakuasi hingga mobil ambulans. Simulasi berakhir Pukul 11.00 Wita.

Ketua Pimpinan Wilayah (PW) MDMC NTB,  Muslimin Magenda menjelaskan, kegiatan tiga hari itu dalam rangka peningkatan kapasitas relawan dan secara kelembagaan MDMC di masing masing Pimpinan Daerah (PD).

Hadir peserta dari PD MDMC Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), Sumbawa Besar dan Dompu. Ada dua peserta utusan dari Bali.

“Kegiatan ini sebagai gladi dasar untuk peningkatan kapasitas relawan dan kelembagaan masing masing daerah,” kata Muslimin kepada Suara NTB. Salah satu poin pelatihan pagi itu,  simulasi Search and Rescue (SAR) dasar.

Tak berhenti sampai materi itu, pelatihan akan berlanjut ke tingkat madya dan paripurna.

“Di masing masing PD, para relawan ini kita dorong agar lebih mandiri. Sehingga saat bencana nanti, mereka sudah siap terjun lapangan, ” kata Muslimin.

Kemampuan dasar penanggulangan bencana menjadi keharusan bagi relawan MDMC semua wilayah. Khususnya NTB yang kini semakin akrab dengan bencana banjir dan tanah longsor.

“Sehingga tiga hari ini kita maksimalkan kemampuan relawan MDMC di NTB. Nanti mereka ini yang akan mengerakkan relawan di regional Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa,” jelas Koordinator Divisi Tanggap Darurat PP MDMC, Indrayanto.

Dua hal yang jadi fokus selain kemampuan SAR, manajemen posko dan penanganan medis.

Materi ini dianggap cocok dengan karakteristik bencana di NTB, banjir dan tanah longsor, sehingga dari pusat mengirim tambahan peralatan perahu penyelamat.

Selain penguatan di materi rescue, juga penanganan bencana untuk bidang medis. Dalam tiga tahun,  intervensi terhadap MDMC NTB pada kelembagaan akan diperkuat melalui pembentukan Disaster Management Medic Committe.

Karena menurutnya, salah satu kekuatan relawan MDMC adalah pada penanganan medis, selain itu kemampuan SAR dan penanganan kelompok rentan seperti lansia.

MDMC  yang sudah terbentuk sejak 2007, ditingkat provinsi sudah terbentuk 20 pengurus, termasuk di NTB yang sedang jadi perhatian khusus pihaknya.

“Hari ini kita dorong NTB agar mampu mandiri dan berdikari sehingga siap dalam penanganan bencana,” jelasnya.

Kontribusi MDMC secara nasional dalam urusan penanggulangan bencana dirasakan dari pusat sampai daerah.

Dia mencontohkan, sehari setelah bencana banjir bandang Kota Bima, dari PP MDMC langsung mengutus PD MDMC Jawa Timur untuk menghidupkan pelayanan medis di rumah sakit. Hari berikutnya mengirim PD MDMC Jawa Tengah untuk kegiatan sama. “Sehingga dalam 14 hari, rumah sakitnya bisa memberikan pelayanan penuh,” ungkapnya.

Dalam urusan respon penanganan bencana, pihaknya tetap berkoordinasi dengan leading sector bencana seperti BPBD dan Basarnas. Karena sangat disadari, tidak semua bencana bisa tertangani maksimal jika mengandalkan pemerintah. Perlu sokongan kekuatan dari masyarakat dan dunia usaha.

“Dan kami dari unsur masyarakat terjun membantu.  Ada tiga kekuatan peranan kami, diantaranya kekuatan SAR,  medis dan klaster psikososial yang bertugas untuk aksi trauma healing,” pungkasnya. (ars/*)