Persalinan di Dompu Masih Banyak Dibantu Dukun Beranak

0

Dompu (Suara NTB) – Data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) RI soal 63 persen ibu hamil masih ditangani persalinannya oleh dukun beranak dipertanyakan Dinas Kesehatan (Dikes) Kabupaten Dompu. Sebab terdapat perbedaan cukup signifikan data yang dibeberkan Sekretaris Eksekutif TNP2K, Dr. M. Arif Tasrif, pada saat Musrenbang Kabupaten Dompu kemarin dengan data yang dikantongi Dikes.

Berdasarkan data laporan mereka yang dihimpun tahun 2016 terdapat sekitar 93 persen atau sekitar 5.400 orang ibu hamil pertolonganya dibantu oleh tenaga kesehatan. Ada dua kemungkinan penyebab terjadinya perbedaan data tersebut kata Plt. Dikes, Gatot Gunawan, S.KM., MMkes., Pertama, data tersebut memang data real kondisi di lapangan, kedua karena itu hasil wawancara bisa saja masyarakatnya yang tidak paham menjawab pertanyaan petugas.

“Kita tidak juga ragu karena itu hasil wawancara bisa saja mungkin masyarakatnya yang tidak paham menjawab pertayaan atau mungkin benar,” katanya kepada wartawan beberapa waktu lalu.

Melihat adanya perbedaan data yang cukup signifikan ini, Gatot Gunawan menegaskan, pihaknya akan segera mengkonfirmasi kembali data tersebut pada pihak TNP2K. Apakah data ini hasil rikesdas atau menggunakan sumber lain. Selain itu pihaknya juga akan melakukan evaluasi dengan mengkoparasikan data yang kini dikantongi dengan fakta lapangan. Sebab tak menutup kemungkinan terjadi ibu hamil ditolong oleh dukun namun dilaporkan oleh bidan atau tenaga kesehatan.

Kasus seperti di atas sangat mungkin karena laporan ini juga dipakai oleh bidan dan tenaga kesehatan untuk mengajukan klaim sesuai kepesertaan pasien. “Data yang disebutkan kemarin juga tidak disebutkan (TNP2K, red) sumbernya dari mana, apakah dari rikesdas atau bagaimana. Ini yang perlu kita konfirmasi dan telusuri,” ujarnya.

Gatot Gunawan menjelaskan, data 93 persen ibu hamil yang sepenuhnya ditangani tenaga kesehatan ini sumber utamanya dari laporan bulanan masing-masing tenaga medis melalui buku PWSKIA. Dalam buku tersebut terdapat item jumlah ibu hamil yang ditangani tenaga kesehatan, juga yang ditangani dukun. Untuk kepastian data ini tambah dia, pihak akan verifikasi ulang per wilayah minimal tingkat kecamatan.

“Syukur lagi kalau bisa per desa. Biar kita verifikasi ulang duduk bersama dengan puskesmas dan bidannya,” ungkapnya.

Disinggung tingkat kesadaran masyarakat untuk bersalin menggunakan tenaga medis, Gatot Gunawan mengaku masih kurang. Masyarakat cukup sulit diajak melahirkan dengan bantuan tenaga bidan, terlebih mereka yang memiliki keluarga seorang dukun beranak.

“Lebih-lebih ibu hamil yang punya keluarga dekat seperti dukun, susah itu. Makanya kita masih tujuh persen sisanya dari standar 100 persen itu,” pungkasnya. (jun)