Banjir Susulan di Bima, 106. 000 Jiwa Mengungsi

0

Kota Bima (Suara NTB) –  Sekitar 106.000 jiwa dari jumlah penduduk Kota Bima 150.000 mengungsi ke sejumlah titik yang aman dari genangan air, menyusul bencana banjir susulan pada Jumat, 23 Desember 2016 siang. Hujan yang belum mereda, namun merata di wilayah Kota Bima sejak pukul 08.00 Wita baru berhenti hingga sore hari.

Petugas gabungan aparat TNI/Polri dan Sat Pol PP terus melakukan pencarian dan evakuasi warga yang masih terjebak banjir seperti di Kelurahan Tanjung, Dara dan Melayu.

Para korban banjir dievakuasi ke masjid Annur Tanjung, Baitul Hamid Penaraga dan Sultan M. Salahuddin Paruga. Selain itu warga diungsikan ke kantor Sat Pol PP Kota Bima.

Ketua Tim Penanggulangan Bencana banjir Kota Bima, Drs, Muhtar Landa mengaku, banjir susulan ini hampir merata terjadi di lima kecamatan Kota setempat. Ketinggian banjir mulai dari satu setengah meter hingga tiga meter.

Menurut Plt Sekda Kota Bima,, penyebab terjadinya banjir susulan itu lantaran intensitas hujan yang terus menerus mengguyur wilayah Kota Bima. Juga diperparah aliran air dari wilayah pengunungan Kecamatan Ambalawi.

“Banjir mulai menggenang sekitar siang hari, selepas shalat Jumat, sedangkan surutnya setelah shalat Ashar atau sekitar pukul 16.00 wita,” ujarnya.

Hingga kini belum ada laporan ada korban jiwa. Hanya saja, Sekda memastikan korban luka berjumlah puluhan orang, dan saat ini tengah dirawat dirawat di posko induk Kantor Walikota.

Meski banjir telah surut, pihaknya tetap meningkatkan kewaspadaan. Pasalnya cuaca ekstrem seperti hujan dengan intensitas ringan, sedang hingga besar diprakirkan akan terus terjadi disertai angin kencang.

Sementara kebutuhan logistik saat ini masih banyak mengalami kekurangan air bersih, popok bayi, pakaian orang dewsa selimut, dan makanan, untuk distribusikan kepada korban banjir.

“Bantuan sedang dalam perjalanan namun tidak bisa tembus ke Kota karena akses jalan dan jembatan lumpuh total,” pungkasnya.

Pantuan Suara NTB, genangan air terjadi di wilayah Penatoi, Penaraga, Lewirato dan Sadia Kecamatan Mpunda. Bahkan salah satu jembatan di Kelurahan Mande dilaporkan terputus karena tidak mampu menampung luapan air.

Kepala BPBD Kota Bima, Ir Sarafuddin menerangkan, air banjir datang dari wilayah Kota Bima bagian Utara. Sama seperti banjir yang terjadi pada Rabu, 21 Desember 2016. Hanya saja, banjir susulan ini juga terjadi akibat banyak sisa sampah di bantaran sungai yang menghambat arus air ke pantai.

“Genangan air cukup besar bahkan sampai melewati kantor Walikota, setinggi leher orang dewasa,” katanya.

Dia mengakui, banjir susulan ini juga terjadi di Kelurahan Paruga, Dara, Tanjung, Sarae Kecamatan Rasanae Barat. Kelurahan Melayu, Nae dan Jatiwangi Kecamatan Asakota. Akibat air kiriman dari wilayah Kecamatan Rasanae Timur dan Raba.

“Wilayah Rasanae barat merupakan wilayah dekat pantai, sehingga ketika bantaran sungai meluap akan terjadi genangan dan masuk kerumah warga,” katanya.

Sarafuddin menambahkan, banjir susulan ini setinggi setengah meter, satu hingga dua meter. Ketinggian setengah meter terjadi di wilayah Rabadompu dan Rontu sekitar. Sementara satu meter terjadi di Kendo, Penanae, Penatoi dan Penaraga.

“Saat ini anak-anak dan wanita banyak diungsikan ke kantor Walikota,” ujarnya. (uki)