Dr. Zulkieflimansyah : Pilgub NTB Masih Dinamis

0

Mataram (suarantb.com) – Anggota DPR RI, Dr. H. Zulkieflimansyah, M.Sc yang akrab disapa Dr. Zul memberi tanggapan diplomatis atas dukungan Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi alias TGB (Tuan Guru Bajang) kepada dirinya, belum lama ini. Dr. Zul merasa, saat ini energi semua pihak perlu diarahkan untuk memastikan ide-ide besar yang saat ini sedang dirajut TGB bisa terus berlanjut.

Akhir pekan kemarin, tersaji drama yang cukup menarik bagi peta politik NTB. Pemicunya tak lain adalah adanya pernyataan TGB yang secara khusus mendorong agar Dr. Zul mau tampil di Pilkada 2018 mendatang. Adanya apresiasi dan dukungan langsung dari TGB kepada Dr. Zul itu tak urung membuat nama yang bersangkutan langsung dikait-kaitkan dengan bursa Pilkada 2018.

Hanya saja, bagi Dr. Zul, Pilkada 2018 tampaknya masih akan diwarnai dinamika yang sulit diterka ujungnya. ‘’Pilgub NTB itu 2018. Masih cukup lama dan dinamis. Semua kemungkinan bisa saja terjadi,’’ ujarnya.

Ia justru menilai saat ini belum saatnya energi masyarakat NTB dihabiskan untuk event lima tahunan tersebut. ‘’Jangan sampai keasyikan kita mikirin_Pilkada 2018, melupakan kita dengan ide dan kerja besar saat ini yang sedang dilakukan oleh Pemda NTB,’’ ujar Dr. Zul kepada Suara NTB, Rabu (20/7).

Politisi PKS ini menyebutkan, saat ini banyak ide besar yang membutuhkan perhatian besar pula. Beberapa ide besar itu antara lain, tentang pembangunan industri pengolahan yang terintegrasi di Pulau Lombok. Jika dikelola dengan baik, industri pengolahan yang terintegrasi ini bisa menyulap NTB menjadi Global Hub yang sangat strategis di Indonesia.

Ide besar lainnya adalah tentang pengembangan kawasan Teluk Saleh, Moyo, dan Tambora (Samota) di Pulau Sumbawa. Dr. Zul meyakini, jika dibangun dengan tata kelola yang baik, Samota bisa menjadi ikon pariwisata besar dengan potensi ekonomi yang juga besar. Ide-ide semacam ini – yang pondasinya sudah diletakkan TGB dalam dua periode kepemimpinannya – harus dilanjutkan oleh pemimpin yang juga bersemangat untuk berpikir dan bertindak besar.

‘’Hanya dengan adanya ide dan kerja besar, tugas menjadi gubernur itu kemudian menjadi menarik sekaligus menantang.’’

Jika demikian adanya, apakah Dr. Zul tertarik untuk menjawab tantangan besar ini? Politisi yang dikenal kalem saat berbicara ini pun memberikan jawaban diplomatis, sekaligus merendah. ‘’TGB sahabat saya. Jadi kalau beliau menyebut saya, ya_hanya kelakar seorang sahabat saja. Banyak tokoh-tokoh di NTB ini yang punya kualitas hebat-hebat.’’

Kembali ke persoalan dan masalah di NTB, Dr. Zul juga menegaskan bahwa saat ini NTB memiliki persoalan serupa dengan daerah lainnya di Indonesia dan di dunia, yaitu kemiskinan. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, jumlah penduduk miskin di NTB ternyata mengalami pertambahan. Fenomena semacam ini memunculkan tuntutan perlunya pendekatan dalam pembangunan ekonomi yang tidak saja mengandalkan pertumbuhan semata, melainkan juga pendekatan pemerataan.

‘’Pendekatan ekonomi nggak harus melulu pada pendekatan ekonomi yang mementingkan angka-angka. Tapi mulai dikombinasikan dengan hal-hal lain seperti peningkatan kapasitas masyarakat dan sebagainya.’’

Ia menilai, pembangunan kapasitas masyarakat ini memang tidak bisa instan. Jalannya cukup berliku karena menyangkut perbaikan kualitas pendidikan kita. Di NTB, terutama sekolah-sekolah yang berbasis keagamaan secara umum, masih tertinggal dalam bidang sains dan matematika.

Ketertinggalan di bidang sains dan matematika ini dianggapnya sebagai problem yang sangat serius. Sebab, sains dan matematika adalah pondasi penting dalam membangun kemampuan SDM-SDM di masa datang. Sebagai solusi, ia menegaskan pentingnya terobosan mendasar dengan mencari model pembelajaran yang menyenangkan untuk mata pelajaran sains dan matematika.

‘’Sehingga jangan seperti sekarang yang terkesan nggak menarik bahkan menakutkan,’’ ujarnya.

Ia menambahkan, hal lain yang perlu diperhatikan adalah kondusivitas lingkungan yang harus difasilitasi Pemda di NTB. Tujuannya agar pelaku-pelaku usaha mau dan mampu mengembangkan aktivitasnya secara baik. Untuk membangun kondusivitas ini, Pemda harus menyediakan lingkungan yang nyaman. Dengan demikian, orang yang ingin berusaha dan berbisnis akan merasa dimudahkan. Merasa dibantu dan diarahkan.

‘’Bukan sebaliknya, direcokin_dan dibikin susah. Kalau dunia usaha dan bisnis ini jalan baik dengan sendirinya standar hidup akan menjadi lebih baik dan kemiskinan bisa ditekan,’’ ujarnya.

Menurutnya, aktor utama yang bertugas menyediakan lapangan kerja dan mengentaskan kemiskinan bukanlah pemerintah daerah, melainkan dunia usaha. Tugas utama Pemda adalah memfasilitasi dan menyediakan lingkungan yang nyaman agar dunia usaha itu bisa tumbuh dengan baik.

‘’Secara jujur harus juga berani dikemukakan bahwa tugas gubernur dan Pemda di NTB untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan mendasar dalam pembangunan bukanlah hal yang mudah. Wilayah NTB itu sangat luas dan kompleks,’’ ujarnya.

Menurut Dr. Zul, pemekaran wilayah merupakan hal yang niscaya harus dilakukan. Idealnya, NTB saat ini bisa dimekarkan menjadi tiga provinsi. Satu provinsi di Pulau Lombok dan dua lainnya di Pulau Sumbawa. Melalui konsep ini, Dompu dan Bima nantinya bisa diarahkan untuk menjadi satu provinsi. Sementara, Sumbawa dan Sumbawa barat juga menjadi satu provinsi tersendiri.

Ia menilai, mewujudkan proyeksi ini tentu juga butuh waktu. Sebab, ini menyangkut jumlah minimal kabupaten atau kota sebagai syarat pemekaran. Bisa jadi, ujarnya, pemekaran Provinsi Pulau Sumbawa didahulukan sehingga kesenjangan antara Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa bisa ditekan.

‘’Saya yakin, siapapun Gubernur NTB (2018), tantangan yang dihadapi nggak_akan mudah dan sudah harus berhadapan dengan tugas-tugas dan permasalahan yang sangat menantang,’’ pungkasnya. (aan)